Menilik Pergerakan Al-Qur’an Isyarat di Tuli Mengaji Jawa Timur

Menilik Pergerakan Al-Qur’an Isyarat di Tuli Mengaji Jawa Timur
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Yogyakarta hingga Ngawi, Jawa Timur, jarak tempuh 138 kilometer menjadi misi perjalanan program tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta pada 22 Februari lalu. Sebuah misi untuk menilik perkembangan program Tuli Mengaji yang dikawal oleh PPPA Daarul Qur’an Perwakilan Jawa Timur. 

Perjalanan menuju kediaman penggerak Tuli Mengaji sekaligus basecamp Gerkatin Kabupaten Ngawi ternyata tidak mudah karena relatif pelosok. Di samping jauh dari jalan raya, akses jalannya pun tidak sepenuhnya mulus. Ada seperempat jalan yang masih berbatu tanpa aspal. Namun, jalan tak mulus dan jarak yang relatif jauh dari jalan raya ini, nyatanya tidak menjadi penghalang santri muslim tuli rutin hadir mengaji setiap pekan sekali, dimana ternyata mereka berasal dari berbagai wilayah hingga lintas kabupaten dan kota. 

Bapak Eko, nama penggerak Tuli Mengaji sekaligus Ketua Gerkatin Ngawi itu. Secara keseluruhan. ada sekitar 70 muslim tuli yang beliau bina setiap pekannya. Bahkan, beliau juga seringkali diminta mengajar hingga antar kota seperti Malang, Surabaya, dan lainnya. Bersama sang istri yang juga tunarungu, beliau berjuang bersama mensyiarkan Al-Qur’an Isyarat untuk sesama muslim tuli. 

Siang yang tak sepenuhnya terik membawa rasa teduh dalam hati para muslim tuli. Rasa teduh itu datang dari Sharing Motivasi bersama Ustadz Maulana Kurnia Putra selaku penggagas program Tuli Mengaji PPPA Daarul Qur’an. Ada satu pepatah yang dikutip beliau dari sebuah hadist yang menjadi kabar bahagia untuk para muslim tuli yang sedang meniti belajar Al-Qur’an Isyarat, bahwa orang mereka yang belajar Al-Qur’an akan mendapat pahala dua kali lupa lebih banyak dari orang yang sudah lancar membacanya.

Beliau juga menegaskan bahwa Al-Qur’an Isyarat tidak berbeda dengan Al-Qur’an pada umumnya. Ketika dipelajari akan menambah iman dan keberkahan. Iman untuk belajar, mempelajari dan mengajarkannya. Karena tanpa adanya iman, maka Al-Qur’an hanya berhenti pada cetakan mushaf saja. 

Sekitar 20 muslim tuli duduk rapi berjajar dan saling berhadapan dalam ruang yang tak cukup luas. Mereka saling menyimak dengan seksama dan memperhatikan dengan detail setiap isyarat yang diperagakan oleh Juru Bahasa Isyarat sebagai transliterasi dari ceramah Ustadz Maulana. Kajian motivasi kali ini bisa jadi agenda perdana sekaligus momentum berharga dalam menguatkan semangat dan keimanan mereka untuk belajar agama dan Al-Qur’an Isyarat. 

Dua tahun perjalanan dakwah Tuli Mengaji di Kabupaten Ngawi ini, menjadi sebuah titik mula perjalanan spiritual muslim tuli mengenal lebih dekat kitab suci dan Tuhan-Nya. Harapannya, Gerakan Tuli Mengaji di Jawa Timur terus meluas ke berbagai wilayah lain yang belum tersentuh. Regenerasi pengajar Al-Qur’an juga perlu diciptakan agar perluasan dakwah yang diidamkan oleh banyak muslim tuli bisa direalisasi. Tentu, berawal dari perbaikan dari kualitas pengajaran dan peningkatan kompetensi pengajar yang sedang berjalan saat ini. 

Bismillah, Tuli Mengaji menjadi strategi dakwah yang dapat membawa Muslim Tuli pada kesetaraan hak belajar agama sebagaimana warga negara pada umumnya. Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan akses pendidikan agama dan Al-Qur’an. Lebih jauh lagi, dapat merambah pada kesejahteraan dan kemandirian muslim tuli Jawa Timur.[] 

Penulis : Nuria Riry