Hafizah Baru dari NTT

Hafizah Baru dari NTT
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Sulit bagi Tarsin Nobisa (45) melihat foto-foto Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2018 yang dihelat Daarul Qur'an pekan lalu di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Ahad (29/4). Ia dan keluarga tak pernah menyangka Rahmawati Boimau, anaknya yang pertama, berada dalam deretan wisudawan-wisudawati di depan ruang utama masjid terbesar di Asia Tenggara itu. 

Maklum, Tarsin hidup sebagai petani jagung dan penenun kain merasa tidak punya ilmu apa-apa, apalagi hafal Qur'an. Maka tidak heran jika Tarsin tak mampu menahan basah air mata jika mendengar kabar Wati sapaan akrab Rahmawati, menyelesaikan hafalan 30 juz di Rumah Tahfizh Daarul Qur'an Ciledug, Tangerang. 

“Memang, sejak SMP Wati ingin menyelesaikan hafalan Qur’an,” ujar Tarsin.

Jarak yang jauh memang tidak mudah, baik bagi Wati maupun Tarsin. Sudah enam tahun berada di rumah tahfizh, tak pernah sekalipun Tarsin kunjung datang menjenguk. Bertani jagung dan menenun kain memang hanya cukup untuk makan sehari-hari. 

“Saya dan keluarga hanya bisa kirim doa dari jauh,” tambah Tarsin dengan suara parau.

Wati memutuskan hijrah ke Jawa selepas masuk SMP. Ia dan beberapa kawan dari Kampung Qur’an Oe Ue, Amanuban Timur,  Nusa Tenggara Timur (NTT) bertekad untuk menyelesaikan hafalan Qur’an dan kelak mereka akan kembali ke kampung halaman. Tujuannya sederhana, agar bisa mengajar adik-adik mereka belajar Al Qur’an. 

Mendidik wati dan ribuan anak Indonesia, adalah ikhtiar PPPA Daarul Qur’an menyiapkan kader lokal untuk meneruskan dakwah Al Qur’an di pelosok-pelosok Indonesia. Melalui rumah tahfizh, PPPA Daarul Qur’an terus bekerja membangun Indonesia dan dunia dengan Al Qur’an.