Qonita Karima Asysyahidah: Representasi Kekuatan Visi Kolaborasi Program Dakwah Al-Qur’an

Pada usia yang masih sangat belia, 10 tahun 26 hari, Qonita Karima Asysyahidah berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan sebagai Peserta Terbaik dan Termuda dalam ajang Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2025 kategori 30 Juz Rumah Tahfizh dan Pesantren Takhasus Daarul Qur’an. Ia merupakan santri Grha Tahfizh Daarul Qur’an Yogyakarta dan penerima beasiswa Kader Hafidz dari BAZNAS Kota Yogyakarta. Prestasi ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga representasi dari kolaborasi program yang terstruktur dan berkelanjutan antara PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dan BAZNAS Kota Yogyakarta.
Dalam perjalanan dakwah Al-Qur’an, pencapaian seperti yang diraih Qonita bukanlah sesuatu yang instan. Diperlukan proses panjang yang melibatkan pendampingan, pembinaan, serta dukungan dari banyak pihak, terutama orang tua Qonita yang mendampingi sepanjang waktu. Di sinilah kolaborasi memainkan peran kunci. PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dengan pengalamannya dalam pembinaan para hafidz dan BAZNAS Kota Yogyakarta sebagai lembaga yang hadir mendukung penguatan pendidikan agama, bersatu dalam satu visi besar: melahirkan generasi Qur’ani yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.
Program kolaborasi dalam Tahfizhul Qur’an yang menjadi wadah Qonita tumbuh dan menghafal, merupakan model kolaborasi yang mencerminkan kekuatan akar rumput. Tidak sekadar program seremonial, tetapi benar-benar menjangkau lapisan masyarakat melalui rumah tahfizh, pesantren tahfizh, dan sistem kaderisasi yang masif dan terukur melalui para pengajar PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta yang telah disertifikasi kompetensinya oleh BNSP RI. Ini adalah upaya kolektif yang menempatkan Al-Qur’an di jantung pembangunan sosial masyarakat Yogyakarta.
Kunci dari keberhasilan program ini adalah kesinambungan dan keistiqomahan. PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta membina dengan pendekatan spiritual dan manajerial program tahfizhul Qur’an, sedangkan BAZNAS Kota Yogyakarta hadir dengan dukungan dana zakat yang tepat sasaran. Dari sinilah Qonita dan 164 kader hafidz lainnya dapat belajar, tumbuh, dan berkembang tanpa terbebani keterbatasan biaya, serta tetap mendapatkan bimbingan berkualitas dari para pengajar Al-Qur’an yang benar-benar kompeten dan teruji.
Yogyakarta adalah daerah istimewa dikenal dengan nilai-nilai kultural yang kuat, religiusitas yang kental, dan semangat gotong royong yang tinggi. Maka, kolaborasi seperti ini bukan hanya menyuburkan pendidikan Al-Qur’an, tetapi juga berkontribusi dalam pembangunan karakter masyarakat. Al-Qur’an menjadi pusat orientasi nilai, dan para penghafalnya menjadi agen-agen perubahan yang membawa akhlak mulia ke tengah kehidupan sosial. Menjaga Al-Qur’an di tengah Kota Budaya adalah ikhtiar menjaga kebudayaan itu sendiri, karena agama adalah basis kebudayaan dalam masyarakat Indonesia. Toh, juga tugas manusia Jawa itu sendiri adalah beribadah dan menjadi khalifah (pemimpin) di bumi, menjaga keadilan, menjaga lingkungan, dan menjaga keseimbangan alam atau dalam bahasa Jawanya “memayu hayuning bawana” dan “ngawula dumateng kawulaning Gusti”.
Pendidikan berbasis tahfizh bukan semata menghafal lafadz Al-Qur’an, melainkan menyatu dengan nilai-nilai moralitas yang melahirkan integritas dan adab. Dalam konteks ini, kehadiran para hafidz dan hafidzah muda seperti Qonita menjadi role model generasi. Mereka adalah representasi dari program yang berhasil menyatukan nilai keilmuan, ketekunan, spiritualitas, dan bimbingan moral yang terarah. Ini tentu tidak bisa dicapai satu pihak sendirian.
Kesuksesan Qonita memberi sinyal positif bahwa program akar rumput yang dikelola dengan profesional dan berbasis kolaborasi dapat melahirkan dampak luar biasa. Tidak hanya mencetak penghafal Qur’an, tetapi juga membentuk manusia seutuhnya: cerdas secara intelektual, kuat secara spiritual, dan kokoh dalam karakter. Bismillaah, inilah misi zakat sebenarnya, tidak hanya entas dari kemiskinan seperti amanah UU No. 23 tahun 2011, namun juga sholih dan menghidupkan adab.
Lebih dari sekadar wisuda, pencapaian ini adalah bukti bahwa zakat, jika dikelola dan disinergikan dengan lembaga yang fokus terhadap pengembangan generasi dan manusia Qur’ani, akan menjadi kekuatan transformasi sosial yang nyata. Dari dana umat, untuk masa depan umat. Ini adalah visi kolaborasi yang kuat dan mensyaratkan ke-istiqomahan.
PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dan BAZNAS Kota Yogyakarta telah menanam benih peradaban melalui program beasiswa Kader Hafidz dan Remaja Masjid. Qonita hanyalah satu dari sekian hasilnya, namun ia cukup untuk merepresentasikan bahwa masa depan Yogyakarta yang istimewa bisa ditanam dari ayat demi ayat yang tertanam di hati para hafidz dan hafidzah yang ada di setiap kampung.
Dan bila kolaborasi ini terus dipertahankan dan diperluas, maka insyaAllah, dari Yogyakarta akan terus lahir generasi istimewa yang tidak hanya mencintai Al-Qur’an, tetapi juga menjadi penjaga dan penyebar cahayanya di tengah masyarakat yang “diistimewakan oleh Allah SWT.”. Aamiin. Terimakasih.