Saat Hadad Bercerita Pengalaman Pertamanya Jadi Santri di Rumah Tahfidz
Muhammad Habib Noval Al-Hadad (18) menceritakan kisahnya ketika menjalani masa-masa menjadi santri baru di Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj, Sukabumi, Jawa Barat. Hadad, sapaannya, kini baru satu setengah bulan berada di rumah tahfidz. Namun, dirinya sudah berhasil menghafal dua juz.
Berangkat dari orang yang belum pernah memiliki pengalaman 'nyantri' memang tak mudah untuk memulai aktivitas di rumah tahfidz. Belum lagi setiap santri harus terbiasa dengan segala kondisi di pondok, seperti harus mencuci sendiri, masak sendiri, bergaul bersama santri lainnya, berbagi makanan, dan menuruti segala peraturan di sana.
Bagi Hadad yang lulusan SMK, masuk ke rumah tahfidz menjadi hal yang baru dalam hidupnya. Yakni ketika ia harus jauh dari orang tua dan keluarga, serta harus terus-terusan 'dikurung' di rumah tahfidz bersama teman-teman lainnya.
Meski begitu, Hadad dapat melewati masa-masa itu dengan cukup baik. Ia dapat dengan cepat akrab dengan teman barunya di rumah tahfidz. Begitupula dengan pengajar di sana, ia sudah menganggap mereka seperti orang tua sendiri.
Saat ditemui di Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj, Rabu (14/10) lalu, Hadad sempat menceritakan pengalamannya bergaul dengan teman-teman barunya di sana. Menurutnya, santri-santri di Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj memiliki selera humor yang tinggi.
"Alhamdulillah, baik-baik, ada aja yang ganggu kalau lagi tidur, humoris, lucu," jawab Hadad saat ditanya tanggapannya terkait teman-temannya di rumah tahfidz.
Hadad termasuk orang yang mudah bergaul di lingkungan baru. Sejak kecil, ia selalu mendapatkan tempat di tengah teman-teman barunya. Tak terkecuali di rumah tahfidz, ia menjadi salah satu orang yang mendominasi.
"Saya mudah bergaul, jadi sama temen-temen mudah akrab," tuturnya.
Tak hanya dengan teman-temannya, hubungannya dengan pengajar di Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj oun terjalin dengan sangat baik. Ia sudah menganggap pengajar di sana sebagai orang tuanya sendiri.
Mengingat, jauh dari orang tua dan keluarga juga membuat Hadad sering kali bersedih. Namun, dengan kehadiran pengajar di sana setidaknya dapat mengobati rasa kesepiannya jika suatu waktu rindu dengan keluarganya di Serang, Banten.
Ia yang sejak dulu selalu hidup di bawah tanggung jawab orang tuanya ingin mandiri. Dirinya ingin memulai perjuangannya. Baginya, sudah cukup lama membebani orang tua. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk hidup mandiri bahkan bisa membantu keluarga.
Kelak, setelah hafal 30 juz Hadad ingin meneruskan pendidikannya di perguruan tinggi kemudian menjadi seorang guru. Menurutnya, menjadi guru adalah caranya untuk merawat anak-anak muda agar tak terjerumus kepada hal-hal buruk. []