Hadad Ingin Hijrah dan Jadi Hafidz Qur'an

Hadad Ingin Hijrah dan Jadi Hafidz Qur'an
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Namanya Muhammad Habib Noval Al-Hadad, ia berasal dari Serang, Banten, dan usianya baru 18 tahun. Hadad, panggilannya adalah santri Rumah Tahfidz Alin Obed Bahajaj, Sukabumi, Jawa Barat.

Saat ditemui di rumah tahfidz, Hadad sedang berkumpul bersama teman-temannya. Masing-masing dari mereka membawa Al-Qur'an di tangan kanannya. Sebagian ada yang sedang komat-kamit mengulang hafalan, sebagian lainnya ada yang sedang bercengkerama dengan teman-temannya untuk merefresh hafalan mereka.

Hadad adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ibunya merupakan ibu rumah tangga biasa. Sedangkan ayahnya sudah meninggal sejak usianya baru delapan tahun, atau tepatnya saat dirinya duduk di bangku kelas dua SD.

Ia mengatakan bahwa semenjak ayahnya wafat, perekonomian keluarganya ditopang oleh kedua kakaknya. Mengingat, tak lama setelah wafatnya ayah mereka, kakak pertamanya lulus dari SMK dan segera bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kemudian tak berselang lama disusul oleh kakak keduanya.

"Semenjak ayah wafat, kebetulan kakak lulus dari SMK dan bekerja, dan kakak yang satunya juga lulus dan beberapa tahun kemudian ikut bekerja," tuturnya.

Di matanya, sosok ayahnya adalah orang yang baik, lucu, humoris. Dahulunya, ayahnya membuka jasa pengobatan tradisional di rumahnya. Ia mengaku ayahnya sering didatangi banyak pasien dari berbagai wilayah.

Sedangkan ibunya menurut Hadad adalah orang yang perhatian. Meski kadang ia akui bahwa dulu ibunya sering menangis karena kenakalannya.

"Ibu juga baik, perhatian, kadang juga ibu sering nangis karena anaknya badung, badungnya main dan susah diatur, dulunya, insyaAllah sekarang ingin merubah diri di sini, karena kasihan juga sama orang tua, nggak mau nyusahin orang tua lagi," ucapnya.

Hadad mengaku bahwa dahulu dirinya termasuk anak nakal. Ia lebih menyukai berkumpul bersama teman-temannya dibandingkan dengan di rumah atau bahkan bekerja. Maka dari itu, ia ingin membenahi sikapnya dan menjadi hafidz Qur'an agar dapat membahagiakan orang tuanya.

"Saya ingin menjadi hafidz Qur'an yang bisa membawa orang tua ke jannahnya Allah," ungkapnya yakin.

Saat ini, dirinya sudah memiliki hafalan dua juz. Jumlah ini terbilang bagus untuk santri yang baru satu setengah bulan menghafal Al-Qur'an. Meski begitu, ia mengaku ada beberapa tantangan yang harus dilewati, termasuk rasa malas dan teringat masa lalunya.

Namun, ia memiliki jurus jitu untuk mengembalikan lagi semangatnya untuk menghafal Qur'an, yakni dengan menulis jadwal menghafal dan mengulang hafalan, kemudian menaruhnya di atas kasur agar selalu dilihatnya. Hadad sangat ingin menjadi hafidz Qur'an, sebab kelak dirinya ingin menjadi guru Pendidikan Agama Islam.

"Ingin jadi guru, karena guru itu berperan, sekarang banyak anak-anak yang susah diatur, jadi kita bisa ngajarin yang benar," pungkasnya. []