Suami Wafat Karena Covid-19, Daru Jadi Tulang Punggung Keluarga

Suami Wafat Karena Covid-19, Daru Jadi Tulang Punggung Keluarga
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Namanya Daru Wati (41), matanya masih terus berkaca-kaca tatkala menceritakan kehidupannya sebelum pandemi Covid-19. Sepeda motor yang ada di halaman rumahnya di Bambanglipuro, Bantul, selalu mengingatkannya pada sosok almarhum suaminya, Wahyudi.

Sebelumnya, suaminya biasa berjualan ubi, mengambil dari para petani di kampung lalu membawanya ke pasar menaiki sepeda motor. Sedangkan ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sebagai ibu rumah tangga karena kedua anaknya masih kecil.

Ini adalah hari ke-19 Daru dan anak-anaknya ditinggal sang kepala keluarga. Virus Corona telah merenggut nyawa Wahyudi pada Juli lalu di usia 42 tahun. 

“Yang membuat saya begitu sedih itu tatkala melihat ambulan membawa mobil jenazah suami saya tapi saya tidak bisa ikut mengurus jenazah beliau, padahal mengurus jenazah adalah pertemuan terakhir, dapat melihatnya langsung,” kenang Daru.

Tak terasa air mata terus keluar dari matanya, sudah tidak ada kata-kata lagi yang dapat melukiskan kesedihannya. Ia benar-benar tidak menyangka jika awal mula batuk biasa yang diderita suaminya akan mengantarkannya di akhir hidup.

“Sedihnya kayak gini kok
orang-orang masih nggak mau pakai masker, virus Corona itu memang ada,” tangis Daru meluapkan isi hatinya.

Hanya kedua anaknya yang membuat dirinya mampu untuk melanjutkan hidup. Anak-anaknya yaitu Dyah Rahma Aprilia berusia 13 tahun dan masih duduk di bangku SMP, sedangkan adiknya adalah Alfiana Ezar Damayanti yang masih berusia 5 tahun.

“Ya, saya harus kuat, itulah yang terus saya katakan pada diri sendiri ketika melihat anak-anak saya itu. Anak-anak yang membuat saya bisa bertahan, kalau saya tidak kuat nanti anak-anak sama siapa, mereka masih kecil-kecil,” ungkap Daru menceritakan apa motivasinya kini.

Rahma dan Ezar adalah buah hati Ibu Daru dengan almarhum suaminya, hanya mereka kini yang menjadi motivasinya memilih bertahan dan berjuang melanjutkan hidup. Meski lara. menyelimuti, hidup tetap harus berlanjut dan anak-anaknya harus tumbuh dengan baik.

“Mereka harus terus tumbuh dan bisa sekolah sepertia nak-anak lain meskipun sudah tidak punya ayah. Ini yang pertama kayaknya pengen masuk SMK Tata Boga. Tapi kalau saya harapannya Rahma bisa menjadi perawat di masa depan,” harapnya.