Aku Tidak Mengatakan Alif, Lam, Miim itu Satu Huruf
Sebanyak 40 anggota Gerakan Kesehatan untuk Tunarungu Indonesia atau Gerkatin memenuhi Aula Al-Husna PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta pada Ahad pagi (22/1). PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta menjadi tuan rumah Kajian Tuli pada pekan ketiga di setiap sebulannya.
Sebanyak 40 anggota Gerakan Kesehatan untuk Tunarungu Indonesia atau Gerkatin memenuhi Aula Al-Husna PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta pada Ahad pagi (22/1). PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta menjadi tuan rumah Kajian Tuli pada pekan ketiga di setiap sebulannya.
Semangat para difabel sensorik rungu dan wicara untuk belajar Al-Quran bersama Ustadz Muhammmad Muwafiquddin dan Ketua Gerkatin Sleman, Ibu Dwi Rahayu beserta sang suami, Bapak Andi. Seluruh difabel rungu/tuli diajarkan mengengal huruf hijaiyah hingga doa sehari-hari.
Pada pertemuan ini dibagi menjadi dua sesi yaitu mengenal huruf hijaiyah beserta isyaratnya dan belajar doa sehari-hari. Pada sesi pertama dipandu oleh Bapak Andi dan dibantu salah satu anggota Gerkatin, mas Agil sapaannya. Seluruh difabel rungu/tuli diajarkan mengenal Al-Qur’an mulai dari dasarnya yakni iqro’.
Para santri sangat antusias karena telah dipahamkan bahwa setiap huruf dari Al-Qur’an itu mengandung 10 kebaikan, dan Rasulullah SAW. bersabda bahwa Alif, Lam, dan Miim itu bukanlah satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Miim satu huruf. Setelah dikenalkan, tak lupa para santri mempraktikannya satu per satu guna mengetahui sejauh mana pemahaman para santri. Perlahan namun pasti, para santri mempraktikkan satu demi satu huruf Al-Qur’an.
Sesi kedua dipandu oleh Ustadz Wafiq, salah satu dai pengabdian program Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders PPPA Daarul Qur’an. Pada pertemuan ini santri diajak untuk mengenal dan menghafal doa sebelum belajar, doa sesudah belajar, doa kafaratul majelis dan doa doa dalam shalat.
“Untuk awalan kami ajarkan rukun wajib shalat terlebih dahulu. Untuk bacaan shalat, perlahan kami kenalkan dengan surat Al-Fatihah. Pada pertemuan kali ini kami kenalkan terlebih dahulu surat Al-Fatihah ayat 1 sampai dengan 3,” jelas Ustadz Wafiq.
Para pendamping nan telaten membimbing dan mengajarkan Al-Qur’an beserta isyaratnya. “Kita ajarkan sedikit-sedikit dulu biar mudah mengingatnya karena usia santri-santrinya juga tidak muda lagi,” tambah Bapak Andi. Pada akhir materi para santri diukur pemahamannya dengan macam-macam cara sesuai dengan kapasitasnya masing-masing yang dapat melalui oral, mengeja huruf satu persatu, gerakan makna isyarat, ataupun isyarat huruf hijaiyah. “Usia yang beragam juga mempengaruhi daya ingat santri jadi yang penting santri paham, untuk setornya kami variasi sesuai kemampuan santri,” tutur Ustadz Wafiq.
Anggota Gerkatin yang didominasi usia-usia produktif, antara 25 tahun hingga 50 tahunan, kadang menuntut mereka multitasking dalam belajar Al-Qur’an sambil membawa putra-putri mereka dan dalam kesibukan mereka setiap harinya. Para santri yang datang berasal dari Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta. Banyaknya antusias dari difabel rungu/tuli untuk belajar Al-Qur’an, memunculkan harapan baru dari Pak Andi.
“Pengen punya komunitas buat menampung santri minimal se-Yogyakarta agar bisa saling belajar dan menyemangati,” ungkap Pak Andi. Agenda PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta bersama GERKATIN kali ini juga didukung penuh oleh Hajj Chicken dan Ayam Geprek Sa’i Management.