Air Mata, Doa, dan Hafalan: Perjalanan Calista Menuju Tasmi’ 30 Juz

Air Mata, Doa, dan Hafalan: Perjalanan Calista Menuju Tasmi’ 30 Juz
Air Mata, Doa, dan Hafalan: Perjalanan Calista Menuju Tasmi’ 30 Juz
Air Mata, Doa, dan Hafalan: Perjalanan Calista Menuju Tasmi’ 30 Juz

Purwakarta, 11 Juni 2025 — Pagi itu suasana Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus Wanayasa terasa berbeda. Lebih hangat, lebih haru, lebih membuncah. Banyak pasang mata menyimak lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an dari lisan santri bernama Twisty Calista Islami, asal Tangerang, yang hari ini resmi menuntaskan tasmi’ 30 Juz di hadapan para asatidz dan santriwati lainnya.

Di sudut ruangan, sepasang mata berkaca-kaca mengikuti setiap ayat yang dibacakan. Bu Hindun dan Pak Yudi, orang tua Calista, tak mampu menyembunyikan haru. “MasyaAllah, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya bisa bilang alhamdulillah, alhamdulillah, dan alhamdulillah,” ungkap sang ibu sambil sesekali mengusap air matanya.

Twisty Calista Islami memulai hafalan Qur’annya karena terinspirasi dari mereka yang telah hafal lebih dahulu. Tapi jalan menuju 30 juz bukanlah hal mudah. “Yang paling berat waktu tasmi juz 21 sampai 25, karena banyak surat yang mirip-mirip di awal. Tapi ingat lagi niat dan tujuan awal, jadi semangat lagi,” ujar Calista.

Bagi Bu Hindun dan Pak Yudi, perjalanan ini bukan hanya tentang hafalan, tapi juga perjuangan batin. “Banyak air mata. Kami tahu perjuangannya berat. Kadang mood turun, susah hafal, nangis. Kami cuma bisa kasih semangat, bilang: nggak apa-apa, baca aja Qur'annya. InsyaAllah nanti hafal sendiri.

Qur’an membawa keberkahan, tutur Calista. “Hati jadi tenang, hidup terasa ringan. Apa-apa seperti dimudahkan.” Bahkan cita-cita Calista kini telah mantap: ingin menjadi muthowif dan menyebarkan ilmu Qur’an kepada sebanyak mungkin orang.

Keberhasilan ini tentu tak lepas dari dukungan banyak pihak. Bu Hindun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pengasuh pondok, tim PPPA Daarul Qur’an, Ustadz Yusuf Mansur dan para donatur. “Wabilkhusus kepada Ayah Hendi dan Bunda Fatimah, semoga Allah membalas semua kebaikannya.”

Calista pun menutup dengan pesan bagi siapa pun yang ingin menghafal Al-Qur’an:

“Allah sudah janjikan Qur’an itu mudah untuk dihafal. Yang penting luruskan niat, jaga ikhtiar, jangan lupa doa. InsyaAllah dimudahkan.”

Dan pagi itu, lantunan ayat terakhir menandai bukan akhir perjalanan, tapi awal cahaya. Hafalan bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk diamalkan, menjadi pelita di dunia—dan semoga, di akhirat kelak.