Allah Yang Menzahirkan Alam
Hikmah ke-14 Kitab Al-Hikam mengajarkan manusia untuk merenungi alam sebagai bukti kebesaran Allah. Alam bukan hanya tanda kekuasaan-Nya tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Keindahan dan harmoni di alam mengajarkan kita untuk bersyukur, tidak terikat pada dunia, dan selalu merasakan kehadiran Allah.
Ibnu Atha'illah dalam hikmah ke-14 Kitab Al-Hikam menegaskan bahwa alam semesta adalah manifestasi kekuasaan dan kebesaran Allah. Setiap ciptaan, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, menyiratkan keindahan, keteraturan, dan kebijaksanaan Sang Pencipta. Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan:
"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat: 20-21).
Ayat ini mengingatkan manusia bahwa setiap elemen alam adalah bukti nyata kekuasaan Allah yang bisa dijadikan sarana untuk mengenal-Nya lebih dekat.
Keindahan, harmoni, dan keteraturan alam menunjukkan sifat-sifat Allah seperti Maha Indah (Al-Jamil), Maha Kuasa (Al-Qadir), dan Maha Pencipta (Al-Khaliq). Ibnu Atha'illah menjelaskan bahwa keindahan alam bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan wujud dari Allah yang menzahirkan diri-Nya melalui ciptaan-Nya. Dengan merenungi alam, manusia akan semakin mengenal dan mengagumi kebesaran-Nya.
Sebesar apa pun keajaiban alam semesta, ia tetaplah makhluk yang terbatas. Alam tidak memiliki kekuasaan tanpa kehendak Allah. Pemahaman ini menjadi pengingat agar manusia tidak terpesona pada keindahan dunia hingga melupakan Sang Pencipta. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Allah itu indah dan mencintai keindahan."
Keindahan di dunia ini hanyalah cerminan kecil dari keindahan Allah yang tak terbatas.Adapun cara mengaplikasikan Hikmah ke-14 ini dalam Kehidupan.
Pertama, melihat keindahan sebagai wujud syukur. Setiap kali manusia menyaksikan keindahan, baik di alam maupun dalam kehidupan, itu harus menjadi sarana untuk bersyukur. Rasa syukur ini memperkuat hubungan manusia dengan Allah.
Kedua, menghindari ketergantungan pada dunia. Ibnu Atha'illah mengingatkan agar manusia tidak terjebak pada kecintaan dunia yang berlebihan. Dunia hanyalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan tujuan utama.
Ketiga, meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah. Latih hati untuk selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap situasi, baik nikmat maupun ujian. Dengan begitu, manusia akan senantiasa ingat kepada-Nya di segala waktu.
Hikmah ke-14 Kitab Al-Hikam mengajarkan manusia untuk merenungi alam sebagai bukti kebesaran Allah. Alam bukan hanya tanda kekuasaan-Nya tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Keindahan dan harmoni di alam mengajarkan kita untuk bersyukur, tidak terikat pada dunia, dan selalu merasakan kehadiran Allah.
Semoga Allah memberikan kita hati yang peka untuk melihat tanda-tanda kebesaran-Nya, menjadikan kita hamba yang bersyukur, dan membimbing kita dalam setiap langkah menuju keridhaan-Nya. Aamiin.