Daging Itu Datang, Doa Itu Dijawab (Lanjutan dari kisah "Hanya Kuah Rasa Domba")

Daging Itu Datang, Doa Itu Dijawab (Lanjutan dari kisah "Hanya Kuah Rasa Domba")

Pada satu pagi yang masih basah oleh embun dan harapan, halaman Pesantren Nurul Qur’an Kokap, Kulonprogo, riuh oleh suara santri. Bukan karena bermain. Tapi karena suara beberapa domba qurban telah datang pada hari raya Idul Adha. Seperti tahun-tahun sebelumnya, harapan yang disisipkan dalam doa-doa panjang itu akhirnya dijawab. Bukan satu, bukan dua, tapi total lima ekor domba qurban datang dari suara yang para santri langitkan menjelang Idul Adha 1446 H lalu.

Pada hari Tasyrik kedua, syukur yang mendalam pun membuncah. Sebagian santri mengusap mata dengan lengan baju sederhananya, sebagian lagi bergegas membantu menurunkan daging qurban yang dikirimkan oleh PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, mewakili para donatur yang hatinya tergetar oleh kisah mereka: kisah tentang “kuah rasa domba”, tentang iman yang tetap menyala karena dihidupi oleh harapan dan cinta kepada Allah SWT..

Dari total lima ekor domba qurban yang diterima Pesantren Nurul Qur’an Kokap, benar-benar menjawab doa para santri bahwa, “Engkau tidak tidur, ya Rabb... Engkau tidak pernah abai.”

Daging qurban itu lalu dimasak dan dibagikan. Tidak lagi hanya kuah rasa domba. Para santri benar-benar merasakan nikmatnya daging qurban. Sepiring nasi hangat, kuah kaldu, dan potongan daging yang cukup untuk mereka semua. Bagi para santri, ini adalah hari raya yang penuh rasa syukur, kebersamaan, dan berkah dari langit. Dalam hati relawan PPPA Daarul Qur’an yang mengirimkan tambahan daging qurban melintas kata, “Iya, Nduk. Ini daging dari mereka yang tak pernah kenal kalian, tapi mencintai kalian karena Allah SWT.”

Di gedung pesantren yang sederhana, mereka mengolah daging qurban dan makan bersama. Mereka duduk lesehan melingkar. Tidak ada meja mewah, tidak ada dekorasi semarak. Hanya ada kehangatan yang mahal, ada doa yang mengalir deras, dan ada iman yang kian kokoh, berkat hadirnya donasi qurban dari tangan-tangan yang tergerak.

Kami, relawan PPPA Daarul Qur’an DI. Yogyakarta, tidak hanya membawa tambahan daging qurban ke Kokap, Kulonprogo. Kami hanya menyampaikan amanah dari hati yang tulus, dari para donatur yang tak terlihat tapi nyata dalam dampaknya. Dari orang-orang yang membaca kisah “Hanya Kuah Rasa Domba”, lalu mengetuk pintu langit mereka sendiri, “Ya Allah, izinkan aku jadi jawaban dari doa mereka.”

Dan tahun ini, doa itu dijawab. Bukan hanya untuk satu pesantren. Tapi juga untuk Rumah Tahfizh, Muslim Tuli, Muslim marjinal, dan masjid-masjid di 14 provinsi di Indonesia. Daging-daging itu dibagikan, disambut oleh bahagia, senyum sumringah, dan lisan penuh syukur. Karena pada akhirnya, qurban bukan hanya tentang hewan yang disembelih, tapi tentang hati yang belajar rela, tulus, dan ridho kepada mereka yang menjaga Kalam-Nya bersama PPPA Daarul Qur’an DI. Yogyakarta.

Semoga kita semua istiqomah menjadi bagian dari kebaikan-kebaikan kecil dan besar, dan menjadi bagian dari jawaban doa-doa yang dimunajatkan para santri. Untuk mereka yang menghafal Al-Qur’an dalam diam, di tempat yang jauh dari sorot lampu panggung, untuk mereka yang setiap harinya belajar bertawakkal pada Allah SWT