Menilik Dakwah Islam di Kolong Jembatan Gondolayu

Menilik Dakwah Islam di Kolong Jembatan Gondolayu
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Menjemput petang di bawah Jembatan Gondolayu, Kali Code, Terban, Kota Yogyakarta. Di bawah jembatan di tengah kota ini adalah kawasan marginal yang memiliki kesenjangan sosial cukup lebar dengan masyarakat umumnya di perkotaan. Kesenjangan itu tidak hanya dari sisi tingkat perekonomian melainkan juga pendidikan. 

Satu langkah memasuki gang kecil di kawasan bawah Jembatan Terban ini disambut dengan bangunan Masjid Al-Hikmah di tengah padatnya pemukiman penduduk. Tak ada jalur mobil di sana, yang ada hanya jalan-jalan sempit yang hanya lebar satu atau dua orang saja. 

Di sepanjang jalan kampung sempit itu telah tinggal para keluarga akar rumput masyarakat Kota Yogyakarta. Disini, pendidikan tak sepenuhnya menjadi prioritas, bisa jadi bukan karena tak ingin, namun ada kondisi yang tak mendukung para generasi muda untuk bisa menempuh hingga pendidikan tinggi. Kondisi perekonomian yang apa adanya, juga mendorong generasi muda harus menyisihkan waktu dan tenaganya untuk ikut membanting tulang dalam misi besar menjaga kelangsungan hidup keluarga. 

Peliknya kondisi perekonomian masyarakat nyatanya menjadi sebab tantangan keyakinan. Bantuan sosial, bimbingan pendidikan gratis, beasiswa pendidikan hingga perguruan tinggi, gencar ditawarkan dari satu keluarga ke keluarga yang lain. Meski secara sukarela, namun intensitas yang tinggi nyatanya membuat sebagian muslim mulai goyah.

Anak-anak menjadi target yang tidak terlewatkan. Undangan acara dengan alibi makan enak gratis dan lainnya seringkali diterima. Naasnya, bukan orang tua yang merasa miris atas hal tersebut, melainkan para guru-guru Al-Qur’an yang senantiasa berjuang untuk meneguhkan keislaman dan keimanan mereka. 

“Mereka mengadakan bimbingan belajar gratis, dimana jadwalnya sama persis dengan jadwal TPA. Tiga kali dalam satu pekan. Hari dan jamnya pun sama. Kami tidak tahu ini kebetulan apa memang dirancang demikian. Akhirnya, mau tidak mau kami tidak bisa berbuat apapun jika ada santri yang tidak masuk karena memilih mengikuti bimbingan belajar tersebut. Tapi, alhamdulillah sebagian besar santri kami istiqomah memilih mengaji di TPA,” kisah Ustadzah Rita.

Ustadzah Rita, seorang pengajar TPA di Masjid Al-Hikmah yang telah mendedikasikan diri untuk berdakwah di Kali Code ini sejak tahun 2006. Bersama Ustadz Rohan, pengasuh TPA, beliau terus bergerilya menarik para remaja untuk aktif di kegiatan keagamaan di masjid, membina para santri dengan adab, norma dan ajaran-ajaran Islam, menjaga silaturahmi dengan wali santri, serta melestarikan budaya dan tradisi keislaman di Masjid Al-Hikmah ini. 

“Harapan saya tidak muluk-muluk kepada santri-santri, Dek. Kami memahami, santri kami tidak berprestasi. Tidak seperti santri TPA di luar sana. Harapan kami, mereka istiqomah mengaji dan shalat berjamaah di masjid itu sudah luar biasa,” ujar Ustadzah Rita di tengah perbincangan sembari menunggu waktu buka puasa pada Kamis, 13 Maret 2025.

Melihat fenomena masyarakat yang sangat butuh dikuatkan dan didampingi keimanannya, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta telah hadir untuk membersamai perjuangan Ustadz Ruhan dan Ustadzah Rita dalam menggencarkan dakwah Islam di Kawasan Marginal Kali Code sejak 2016 silam. Melalui kegiatan sosial keagamaan, penyelenggaraan kelas pembinaan, bakti sosial, penyuluhan kesehatan, dan program penataan bantaran diberikan sebagai upaya mendukung dakwah Islam berbasis Masjid Al-Hikmah. 

Alhamdulillah, berharap berkah sinergi PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dengan TPA dan Masjid Al-Hikmah, telah tumbuh santri-santri yang kuat imannya. Mereka tetap berpegang teguh pada Islam di saat tantangan tauhid terus bergerak. Mereka tumbuh di bawah didikan yang keras, sehingga mereka tampil menjadi pribadi yang percaya diri, memahami adab, dan disiplin menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. 

“Ada sebuah keajaiban, ketika santri kami yang rutin mengikuti kelas pembinaan adzan dan kelas Tilawatil Qur’an dari PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, dia adzan untuk pertama kalinya. Kedua orang tuanya yang sempat melepas keislamannya sangat terkejut mendengarnya dan menghadap ke kami. Masya Allah, mereka kembali masuk Islam saat itu juga,” pungkas Ustadzah Rita sesaat sebelum adzan Maghrib berkumandang merdu menyusuri lorong dan relung masyarakat Kampung Terban.

Penulis : Nuria Riry