Bagian dari Upaya Menuju Guru Al-Qur'an Merapi Berdaya

Bagian dari Upaya Menuju Guru Al-Qur'an Merapi Berdaya

Tidak terasa, perjalanan program Upgrading Guru Al-Qur’an Merapi telah menginjak bulan kelima. Menuju setengah tahun yang patut untuk terus diapresiasi komitmen dan keistiqomahan para Guru Al-Qur’an Kelurahan Glagaharjo. Hari-hari menuju pergantian waktu terselenggaranya program menjadi detik yang sangat ditunggu. “Tanggal berapa lagi?” pertanyaan akrab yang selalu terlontarkan di ujung penutupan program pada setiap pertemuan. Mereka senantiasa mencari waktu yang longgar atau dengan sepenuh hati melonggarkan waktu yang masih bisa ditoleransi kesibukannya. 

Demi menuju misi Guru Al-Qur’an Merapi berdaya, meramu komposisi perpaduan keikhlasan dan keistiqomahan menjadi hal yang telah dilakoni selama 5 bulan ini. Sebagian terus memegang komitmen, mengusahakan kehadiran di sela berbagai kesibukan yang sangat rentan bergesekan waktunya, menyisakan energi usai merampungkan tujuan utama menyambung hidup. Pagi di penghujung pekan justru menjadi waktu mereka, para guru Al-Qur’an Merapi, beradu nasib untuk meraup pundi-pundi rezeki yang lebih besar. Tentu, diam-diam, ada dilema yang menguji keimanan, antara menimba ilmu demi berdaya di masa mendatang, atau mengambil kesempatan untuk mengoptimalkan lembaran rupiah. 

Bulan kelima, saatnya pergantian lokasi yang telah sepakat untuk digilir setiap dua pertemuan yang berjarak dua pekan itu. Dari satu dusun ke dusun lain dalam lingkup wilayah Kelurahan Glagaharjo. Silaturrahmi antar dusun menjadi budaya baru dari hasil mempersatukan visi. Menuju Guru Al-Qur’an Merapi berdaya. Menjadi tuan rumah dan among tamu dari dusun tetangga menjadi bagian dari budaya baru yang tak bisa mereka sembunyikan semburat rasa bahagianya.

Masjid Sunan Kalijaga Jetis tepatnya. Masjid kokoh yang baru dibangun setahun lalu diantara longgarnya pemukiman warga itu menjadi saksi bisu komitmen dan keistiqomahan para Guru Al-Qur’an Merapi di tengah pasang surutnya gelombang partisipasi. Momentum waktu pasca syawal yang identik dengan beraneka hajatan juga menjadi bagian dari penentu anomali ini. Namun, komitmen telah kesekian kalinya dirapalkan, bahwa program Upgrading Guru Al-Qur’an harus tetap berjalan berapapun partisipannya. 

Pergantian materi di setiap pertemuannya, yang masih belum bisa diabadikan secara penuh prosesinya, juga menjadi alasan kuat sebagian besar dari mereka memegang teguh komitmen itu. Meski materi yang telah berlalu akan selalu dijumpa kembali di beberapa kesempatan mendatang, tapi rupanya itu tak menggantikan pemahaman penuh yang mereka dapatkan dari hadir secara langsung pada waktunya. Beberapa huruf hijaiyah telah berhasil dipahami teorinya, dipraktikkan ketepatan pelafalannya, dan diharapkan siap untuk dibagikan kepada santrinya.

Perlahan tapi pasti, perubahan kualitas bacaan Al-Qur’an mereka akan kian membaik seiring berjalannya waktu. Tentu, seiring pula dengan semakin kompleksnya pemahaman baru yang mereka kantongi. Hingga akhrinya, misi menuju Guru Al-Qur'an Merapi Berdaya itu benar-benar terealisasi. 

Program Upgrading Guru Al-Qur’an di Kampung Qur’an Merapi menjadi bagian dari upaya pemberdayaan sosial berbasis peningkatan kompetensi. Kecepatan waktu belajar bukan lagi target yang mereka kejar seolah ingin segera khatam menjadi kompeten. Kesadaran diri yang tinggi akan tingkat kompetensinya menjadikan mereka mengalun tenang dalam perjalanan panjang. Setiap pertemuan yang hanya membuahkan satu hingga dua huruf tak menjadi masalah yang membuat mereka menyudahi niat untuk menjadi berdaya.

Mereka tidak sedang menghitung waktu. Mereka justru mengkalkulasi kompetensi. Mereka menunggu akumulasi dan mengukur sejauh mana bekal ini membuahkan hasil untuk santri-santri yang di bawah asuhannya.