Kisah Zainab binti Jahsy: Istri Rasul yang Panjang Tangan

Kisah Zainab binti Jahsy: Istri Rasul yang Panjang Tangan
Kisah Zainab binti Jahsy
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Namanya adalah Zainab. Dia putri dari Jahsy bin Ri’ab bin Asad bin Khuzaimah. Ibunya bernama Umaimah binti Abdul Mutthalib. Nama asli Zainab adalah Barrah, kemudian diganti Rasulullah menjadi Zainab setelah sah menjadi istri beliau. Zainab lahir 20 tahun sebelum Rasulullah diutus menjadi Nabi. Nasabnya sangat mulia karena ia adalah sepupu Rasulullah. Ayahnya, Jahsy termasuk pemimpin Quraisy yang dermawan dan berakhlak baik. Dalam artikel ini di ceritakan bahwa Zainab merupakan istri Rasulullah yang suka memberi makan orang miskin, kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Zainab dan menjadikannya sebagai motivasi untuk bersedekah. 

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Zainab merupakan istri dari Zaid bin Haritsah, mantan budak yang dibebaskan dan di angkat jadi anak oleh Rasul. Rasulullah sendiri yang menyarankan pernikahan ini, akhirnya mereka bercerai. Saat masa iddahnya sudah habis, Rasul melamarnya

Pernikahan ini dilakukan Rasulullah untuk menghapuskan adat istiadat yang ada saat itu, yang menyatakan bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung, dan mantan istri tidak boleh menikah. Pernikahan berlangsung pada 5H. Ketika menikah dengan Rasulullah, Zainab berusia 35 tahun dan menemani Rasulullah sampai kematiannya.

Sepanjang hidupnya, Zainab dikenal sebagai perempuan yang menciptakan banyak lapangan kerja, terutama bagi masyarakat dari latar belakang kurang mampu.  Zainab melakukannya dengan  menyisihkan sebagian kekayaannya dari pendapatan usaha kerajinan qirbahnya. Qirbah adalah sejenis kerajinan tempat air yang digunakan sebagai tempat minum dan ada juga yang digunakan sebagai alat penyiram tanaman yang terbuat dari kulit binatang.

Zainab menyedekahkan sebagian keuntungan penjualan qirbah dan menggunakan uangnya untuk melatih orang-orang yang berpotensi bekerja di bidang tempatnya bekerja, dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat.

Bagi Zainab, meraih kekayaan sendirian bukanlah ide yang baik saat masih ada orang yang berjuang dan kehilangan pekerjaan. Dia membagi hartanya menjadi dua bagian; sebagian untuk keluarga dan sebagian lagi untuk sedekah dan pelatihan. 

Bahkan ia menolak pemberian dari siapapun, termasuk uang tunjangan dari khalifah kedua, Umar bin al-Khatthab, karena pada suatu ketika, ketika Umar menjadi khalifah, ia mengirimkan uang  kepada Zainab dari kas negara, seperti yang dilakukan Umar untuk istri Rasulullah yang lain sebesar 12.000 dirham.

 Setelah menerima uang tersebut, Zainab berkata: “Saya berharap Allah mengampuni dosa Umar. “Saudara saya yang lain (ummul mukminin)  lebih berhak menerima uang ini.”

Kemudian sahabat yang mengantarkan uang itu berkata: “Uang ini semua untukmu wahai Ummul Mu'minin.” Zainab lalu berkata: “Subhallah”. Zainab menutupi uang itu dengan sehelai kemeja sambil berkata kepada utusan Umar: “Ikat dan lemparkan kemeja itu ke dalam ikatan tersebut.”

Zainab mengambil uang itu dan bersedekah kepada kerabat, saudara dan anak yatim piatu. Hingga Barzah binti Rafi' berkata kepada Zainab: "Mudah-mudahan Allah mengampuni dosamu wahai Ummul Mu'minin. Demi Allah, kami mempunyai hak untuk mendapatkan uang dirham ini.”

Zainab kemudian berkata kepada Barzah: “Bagianmu, uang  di bawah pakaian. Ambillah!" Dia membuka pakaian yang ingin dibicarakan Zainab, dan ternyata di bawahnya ada uang tunai sebesar 85 dirham. Kemudian orang-orang beriman Ummul mengangkat tangan ke langit dan berdoa “Ya Allah, mudah-mudahan tidak lagi menerima pemberian ‘Umar lagi setelah tahun ini.”

Karena kegemarannya bersedekah, Zainab dikenal di kalangan istri-istri Nabi sebagai wanita yang lengannya paling panjang  (julukan bagi mereka yang gemar bersedekah). Nabi bersabda “Di antara kalian yang paling cepat bertemu denganku adalah yang paling panjang tangannya.” Aisyah berkata, “Lalu kami saling memanjangkan tangan kami dan Zainab adalah yang paling panjang tangannya karena kegemarannya dalam bersedekah.” (HR. Muslim).

Zainab wafat pada usia 53, dan jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Baqi’,  Madinah. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa sebelum Zainab meninggal beliau berpesan, bahwa jenazahnya dibawa ke pemakaman dengan ditandu yang tertutup. sebagian sejarawan mencatatnya sebagai wanita pertama yang jenazahnya ditandu seperti yang ada hingga saat ini.

Hikmah Kisah Zainab binti Jahsy 

Semasa hidupnya, kedermawanan Zainab binti Jahsy ini kerap mendatangkan pujian dari berbagai kalangan. Bahkan tak tanggung-tanggung deretan istri Nabi pun tak segan memuji kedermawanan wanita tersebut. Berkat kedermawanannya, tak sedikit kalangan kaum miskin, anak yatim, dan dhuafa yang merasa terbantu dan tertolong atas uluran tangannya.

Sikap dan teladan yang diberikan dari beliau masih sangat relevan ditiru bagi umat Muslim masa kini. Bahwa kekayaan yang Allah berikan pada setiap hamba, sejatinya adalah sebuah titipan dan juga ladang untuk terus memupuk amal dan keimanan.

Anda bisa berpartisipasi dalam program sedekah penghafal Quran bersama Laznas PPPA Daarul Qur'an. Klik di sini untuk berdonasi. Semoga Allah memberikan kesehatan dan menerima setiap amal ibadah kita. Aamiin.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran