Sunyi yang Menjadi Cahaya : Tuli Mengaji bersama PPPA Daarul Qur'an di Jantung Kota Surabaya

Sunyi yang Menjadi Cahaya : Tuli Mengaji bersama PPPA Daarul Qur'an di Jantung Kota Surabaya

Setiap Minggu siang, selepas jamaah Dhuhur meninggalkan Masjid Jenderal Sudirman Surabaya, suasana tak langsung lengang. Di salah satu sisi masjid, sekelompok jamaah tetap duduk berhadap-hadapan dengan Al Qur'an isyarat di depannya. Tidak terdengar lantunan ayat, tidak pula suara ustaz yang meninggi. Namun di ruang itulah Al-Qur’an dibaca melalui gerak tangan, tatapan mata, dan kesungguhan hati.

Program Tuli Mengaji Bersama PPPA Daarul Qur’an Jawa Timur menjadi ruang belajar dan beribadah bagi komunitas tuli di Kota Surabaya. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap hari Minggu di Tilawah Centre Kota Surabaya, Masjid Jenderal Sudirman. Dimulai setelah shalat Dhuhur berjamaah, para peserta mengikuti pembelajaran mengaji Al-Qur’an dengan menggunakan metode kitabah dan tilawah, sebuah metode yang memungkinkan ayat-ayat suci dipahami tanpa suara, namun tetap utuh maknanya.

Gerakan tangan yang teratur menggantikan lafaz. Ekspresi wajah menjadi penekanan tajwid. Setiap ayat disampaikan dengan penuh kehati-hatian, dipandu oleh pendamping dan pengajar dari teman tuli dan teman dengar yang telah dibekali kemampuan komunikasi bahasa isyarat Al-Qur’an. Bagi para santri, proses ini bukan sekadar belajar membaca, tetapi juga upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang mereka mampu.

“Kami ingin memastikan bahwa Al-Qur’an benar-benar dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk saudara-saudara tuli,” ujar Amrulloh, PIC Program PPPA Daarul Qur'an Jawa Timur . Inklusivitas menjadi prinsip utama bahwa keterbatasan fisik tidak pernah menjadi penghalang untuk belajar dan beribadah.

Usai sesi mengaji isyarat, kegiatan dilanjutkan dengan shalat Ashar berjamaah. Barisan shalat teratur rapi, dipenuhi kekhusyukan yang sama. Tidak ada perbedaan antara yang mendengar dan yang tidak semuanya berdiri dalam satu saf, menghadap kiblat yang sama.

Rangkaian kegiatan ditutup dengan kajian keislaman yang disampaikan oleh ustadz dari PPPA Daarul Qur’an Jawa Timur. Materi kajian disampaikan secara komunikatif dan diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat, memastikan pesan dakwah dapat diterima secara utuh oleh para jamaah tuli. Tema kajian pun dekat dengan kehidupan sehari-hari: akhlak, keimanan, serta motivasi untuk terus belajar Al-Qur’an.

Program Tuli Mengaji ini tidak hanya menghadirkan ruang belajar, tetapi juga ruang kebersamaan. Masjid menjadi tempat yang ramah, bukan hanya bagi yang mampu mendengar lantunan ayat, tetapi juga bagi mereka yang “mendengar” Al-Qur’an dengan cara yang berbeda.

Masjid Jenderal Sudirman sebagai lokasi kegiatan memiliki peran strategis. Terletak di pusat Kota Surabaya, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang inklusif bagi pembinaan umat lintas latar belakang. Di masjid Jendral Sudirman setiap Minggu, kesunyian bukanlah ketiadaan. Ia berubah menjadi bahasa lain untuk mengaji bahasa isyarat yang penuh makna, menghubungkan hati  yang rindu pada firman-Nya. Kehadiran Program Tuli Mengaji di ruang publik ini menegaskan komitmen PPPA Daarul Qur’an dalam menghadirkan dakwah yang ramah disabilitas dan berkeadilan.

Penulis : Achmad Fachri Amrullah