Mengenal Dua Batasan Toleransi dalam Islam

Mengenal Dua Batasan Toleransi dalam Islam
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Sejak 1996, setiap tanggal 16 November selalu diperingati sebagai Hari Toleransi. Hal ini bertujuan untuk memberi penegasan bahwa toleransi adalah rasa hormat kepada beragamnya kebudayaan di dunia.

Selain kebudayaan, hal yang selalu menjadi perbincangan ialah mengenai toleransi dalam hal beragama. Salah seorang Asatidz Daarul Qur'an, Ustadz Irfan Ahmad Syauqi menjelaskan dua jenis batasan toleransi dalam Islam.

Menurutnya, Islam membagi toleransi dalam dua batasan; pertama ialah batasan toleransi secara sosiologis, yakni menghormati orang lain secara individu. Lalu yang kedua adalah batasan toleransi secara teologis, yang berkaitan dengan agama. Batasan tersebut tercantum dalam ayat Al-Qur'an, QS Al-Kafirun ayat keenam yang berbunyi "untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Dalam batasan sosiologis, kita menghormati manusia sebagai manusia itu sendiri. “Tidak terbatas agama dan suku. Tidak akan menjadi masalah jika kita ingin berteman maupun bekerja sama dengan orang lain yang berbeda dengan kita, itulah batasan toleransi secara sosiologis,” ujar Ustadz Irfan Ahmad Syauqi.

Sedangkan batasan secara teologis berarti kita menghargai manusia lainnya dengan segala macam agama serta bagaimana mereka beribadah. Batasan umat muslim dalam bertoleransi dengan agama lainnya adalah tidak menggangu dan harus menghargai ibadah mereka. Tidak diperbolehkan pula untuk merusak serta menjelek-jelekan kepercayaan yang berbeda dengan Islam.

Peran orang tua serta guru di sekolah sangat penting bagi anak dalam menanamkam sikap toleransi khususnya dalam beragama, karena sekolah adalah tempat pertama sang anak menemukan keberagaman.

Cara termudah dalam mengenalkan toleransi dalam beragama oleh guru kelas ialah dengan memperbolehkan anak didiknya berdo'a sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Dengan cara tersebut anak akan paham bahwa jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kepercayaan mereka, maka mereka harus menghargai perbedaan tersebut dengan membiarkan temannya berdo'a sesuai dengan keyakinannya.

“Sikap seseorang yang intoleran harus diberi pengertian bahkan teguran jika sudah terlalu berlebihan. Dengan adanya perayaan hari toleransi, diharapkan semua umat manusia bisa lebih menghargai perbedaan serta meminimalisir resiko yang terjadi akibat sikap intoleran,” pungkasnya. []

Oleh: Zantina (PPPA Daarul Qur’an Bandung)