Muqoddaman, Semarak Menjalin Ukhuwah dan Motivasi Cinta Al-Qur’an
Siang itu, tak kurang dari 30 santri telah berkumpul di mushola Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk Gunungkidul. Masing-masing santri sudah membawa mushaf Al-Qur’an kesayangannya. Selasa (9/3) siang itu menjadi hari yang menyenangkan karena akan diadakan Muqoddaman, yaitu membaca Al-Qur’an secara bersama-sama di mana setiap satu anak mendapatkan bagian membaca satu juz.
Ustadz Ulil Abshar selaku Koordinator Rumah Tahfidz area Yogyakarta membuka acara siang hari itu. Meski kebanyakan santri Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk masih berusia belia dan remaja, sekitar 6 sampai 19 tahun, namun banyak dari mereka sudah fasih membaca Al-Qur’an.
Sebelum pembacaan Al-Qur’an, acara terlebih dahulu dimulai dengan doa. Siang itu para santri juga ditemani oleh Ustadzah Nur Hidayati, salah satu pengasuh Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk yang selalu menjadi sumber inspirasi para santri. Ustadzah Nur adalah seorang yang begitu telaten mengajari santri yang kebanyakan masih anak-anak. Pengalaman Ustadzah Nur dalam menghafal Al-Qur’an diperjuangkan ketika ia dalam keadaan sakit di sebuah pondok pesantren. Momen itu menjadi pengalaman berharga yang terus dikenang para santri Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk.
Salah satu santri putri yang baru saja menghatamkan Al-Qur’an yaitu Zuhro juga menjadikan perjuangan Ustadzah Nur atau yang kini telah berganti nama menjadi Umi Azizah sebagai teladan dan cambuk bagi kemalasan. Zuhro memang masih duduk di bangku SMP, namun berkat semangatnya ia telah hafal 30 juz Al-Qur’an di usia 15 tahun.
“Alhamdulillah, setiap hari menyetorkan hafalan dengan disimak Bu Umi, sering dibilangin agar rajin murojaah, kalau di rumah sama ibu dan bapak disuruh mengulang satu halaman 20 kali dibaca,” ujar Zuhro menceritakan cara menghafalnya.
Selain Zuhro, ada satu lagi santri putra yang baru saja khatam yaitu Muhammad Abi Khoir. Remaja 17 tahun yang akhirnya menyelesaikan hafalan saat hendak masuk bangku SMK. Ia adalah santri yang menghafalkan Al-Qur’an lantaran teringat pesan almarhum ayahnya sebelum wafat. Ketika ditanya bagaimana perasaannya sekarang, Abi hanya bisa berucap Alhamdulillah.
“Alhamdulillah, tapi kalau kata ibu di rumah, hafalan itu lebih cepat daripada menjaganya yang harus seumur hidup, dadi njogo kuwi butuh luwih istiqomah maneh,” ungkap Abi menceritakan pesan ibunya yang juga seorang hafidzoh.
Selepas selesai pembacaan Al-Qur’an kemudian dilanjutkan dengan motivasi Al-Qur’an yang disampaikan Ustadz Ulil. Anak-anak begitu bersemangat, mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan ustadz Ulil di akhir acara motivasi.
Alhamdulillah, Zuhro dan Abi juga menjadi motivasi para santri lainnya. Dengan acara Muqoddaman ini, Ustadz Ulil Abshar yang juga menyampaikan motivasi Al-Qur’an juga berharap para santri makin cinta dengan Al-Qur’an. Di akhir acara ditutup dengan makan-makan bersama santri dan doa oleh Ustadzah Umi Azizah. []