Seni Memantaskan Diri di Hadapan Allah SWT
Setiap hamba yang beriman pasti memiliki kerinduan untuk dekat dengan Allah SWT. Namun, kedekatan itu bukan sekadar harapan, melainkan butuh usaha dan proses untuk memantaskan diri. Memantaskan diri bukan berarti menjadi sempurna, tetapi berusaha terus menjadi lebih baik sesuai tuntunan-Nya. Inilah seni dalam perjalanan ruhani seorang Muslim

Setiap hamba yang beriman pasti memiliki kerinduan untuk dekat dengan Allah SWT. Namun, kedekatan itu bukan sekadar harapan, melainkan butuh usaha dan proses untuk memantaskan diri. Memantaskan diri bukan berarti menjadi sempurna, tetapi berusaha terus menjadi lebih baik sesuai tuntunan-Nya. Inilah seni dalam perjalanan ruhani seorang Muslim.
Langkah pertama dalam memantaskan diri adalah menyadari bahwa kita adalah hamba yang lemah dan penuh kekurangan. Kesadaran ini menumbuhkan sikap rendah hati dan menjauhkan kita dari kesombongan. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa merendahkan dirinya karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)
Kesadaran ini juga mendorong kita untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan tidak merasa cukup dengan amal yang sedikit.
Segala amal ibadah dinilai dari niatnya. Memantaskan diri di hadapan Allah berarti mengikhlaskan seluruh amal hanya karena-Nya, bukan karena ingin dipuji atau dilihat manusia. Niat yang lurus adalah fondasi utama diterimanya amal di sisi Allah.
Allah SWT mencintai amal yang konsisten, meskipun sedikit. Oleh karena itu, seni memantaskan diri juga berarti menjaga rutinitas ibadah seperti shalat tepat waktu, tilawah Al-Qur’an, dzikir, dan sedekah. Konsistensi menunjukkan kesungguhan kita dalam memperbaiki diri.
Tak ada manusia yang luput dari kesalahan. Namun, Allah Maha Pengampun bagi siapa yang ingin kembali. Taubat yang tulus adalah langkah besar dalam memantaskan diri di hadapan-Nya. Allah berfirman:
"Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)
Hati yang bersih adalah kunci untuk dekat kepada Allah. Penyakit seperti riya, ujub, dengki, dan sombong harus disingkirkan. Hati yang bersih akan memantulkan cahaya iman dan menjadikan seseorang lebih ikhlas dalam ibadahnya.
Seni memantaskan diri juga berarti bersabar atas ujian hidup. Allah mencintai hamba yang bersabar dan bertawakal. Sikap ini menunjukkan keimanan yang kokoh dan ketundukan total kepada kehendak Allah.
Layaknya sebuah hubungan, kedekatan dengan Allah harus dijaga dan diperbarui terus menerus. Caranya dengan memperbanyak doa, bermunajat, qiyamul lail, dan mengosongkan waktu untuk berkhalwat bersama-Nya.
Memantaskan diri di hadapan Allah adalah seni perjalanan hidup yang tak pernah usai. Ia bukan soal hasil akhir, melainkan tentang proses dan kesungguhan dalam meniti jalan-Nya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menjadi hamba yang pantas untuk dekat dengan-Nya, dicintai-Nya, dan dimuliakan di dunia maupun akhirat. Aamiin.