Wakaf Daarul Qur'an Ikut Berpartisipasi Dalam Acara ISEF Webinar Series

Wakaf Daarul Qur'an Ikut Berpartisipasi Dalam Acara ISEF Webinar Series
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Laznas PPPA Daarul Qur'an melalui Wakaf Daarul Qur'an ikut berpartisipasi dalam acara ISEF Webinar Series dan Lelang Wakaf dengan tajuk Pekan Inspirasi dan Lelang Wakaf untuk Indonesia Maju pada Rabu (7/10) siang.

Dalam acara yang digelar oleh Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ini, Wakaf Daarul Qur'an menghadirkan dua pembicara luar biasa yang berkompeten di bidang wakaf, yakni Muhammad Anwar Sani selaku Rektor Institut Daarul Qur'an dan Abdul Ghofur yang merupakan Direktur Utama Laznas PPPA Daarul Qur'an.

Muhammad Anwar Sani atau lebih sering disapa Anwar Sani ini membuka sesi dengan pemaparan seputar Daarul Qur'an, terutama manfaat yang kini dapat dirasakan masyarakat atas dukungan dari para donaturnya. Sebelumnya, ia menjelaskan terlebih dahulu pilar-pilar Holding Daarul Qur'an yang terdiri dari Direktorat Pendidikan, Direktorat Zakat dan Wakaf, serta Direktorat Ekonomi.

Anwar Sani yang juga menjabat sebagai Pimpinan Direktorat Zakat dan Wakaf Daarul Qur'an ini mengatakan bahwa ketiga pilar Daarul Qur'an tersebut bergerak dan saling mendukung satu sama lain. Seperti Direktorat Pendidikan yang memiliki unit pesantren di berbagai wilayah di Indonesia, kemudian Direktorat Zakat dan Wakaf yang membawahi Laznas PPPA Daarul Qur'an dengan cakupan dakwah di seluruh Indoneisa, yang juga mendukung berbagai pesantren di bawah Direktorat Pendiddikan. 

Semua itu didukung penuh oleh Direktorat Ekonomi yang memiliki sejumlah unit usaha seperti percetakan, cafe dan lain sebagainya. Maka, sinergi antar pilar inilah yang membuat Daarul Qur'an sampai saat ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dengan berbagai programnya, terutama di bidah dakwah tahfidzul Qur'an.

"Asset produktif, nah, hampir semua lahan dan fasilitas Daarul Qur'an yang dibangun dari sedekah dan juga wakaf menjadi asset produktif, seperti misalnya Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an yang hari ini ada di Tangerang, Cikarang, Lampung, Banyuwangi, Semarang dan berbagai wilayah lainnya, saat kemudian didanai dari dana wakaf, maka inilah hasil dari wakaf produktif itu sendiri," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa asset lainnya seperti perkebunan, sawah dan juga properti merupakan asset-asset produktif Daarul Qur'an. Meski demikian, pengelolaan wakaf produktif yang paling berpeluang adalah di bidang pendidikan. Sebab, salah satu konsen utama Daarul Qur'an adalah di bidang pendidikan.

"Banyak sekali asset-asset produktif Daarul Qur'an, kita memiliki satu lantai di Tower Kalibata City, ini yang dimanfaatkan untuk sekolah, TK dan SD, dan alhamdulillah kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di Daarul Qur'an ini luar biasa juga, bahkan pesantren-pesantren yang kita buka, bukan hanya Daqu School, itu sudah membuka sistem indent," paparnya.

Sistem indent sendiri merupakan sistem pendaftaran dini yang disediakan oleh Daarul Qur'an untuk masyarakat yang hendak menyekolahkan anak-anaknya di Daarul Qur'an beberapa tahun yang akan datang. Sebab, banyaknya orang tua yang memasukkan anak-anak mereka ke Daarul Qur'an kerap membuat kuota pendaftaran pada tahun itu habis dalam waktu singkat. Sistem indent ini akan memudahkan calon santri Daarul Qur'an untuk masuk ke Daarul Qur'an.

Meski telah berperan dalam dunia pendidikan di Indonesia, Anwar Sani menegaskan bahwa tugas Daarul Qur'an belum selesai. Ia berkaca dari banyaknya masyarakat Indonesia yang masih buta huruf hijaiyah. Sedangkan salah satu impian Daarul Qur'an adalah menjadikan Indonesia ini menjadi negerinya penghafal Qur'an.

"Tugas kita belum selesai, dakwah kita belum selesai, dan kita harus bersemangat dan mempunyai cita-cita yang tinggi, bagaimana Qur'an ini bisa membumi di Indonesia bahkan di dunia, makanya Daarul Qur'an juga dreamnya bukan hanya Indonesia, tapi juga dream lima benua," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama Laznas PPPA Daarul Qur'an, Abdul mengatakan bahwa minat masyarakat untuk berwakaf masih sedikit, jika dibandingkan dengan sedekah maupun zakat. Sedangkan, potensi wakaf di Indonesia dengan reputasi sebagai negara muslim terbesar di dunia ini sangat baik. Hanya saja diperlukan adanya edukasi dan motivasi dari Nazhir Wakaf kepada masyarakat agar lebih mengenal dunia wakaf.

"Ada beberapa budaya wakaf yang belum diminati masyarakat Indonesia, itu semua bisa diupayakan dengan edukasi berupa menegaskan wakaf berjangka, menegaskan bolehnya menyalurkan hasil pengeolaan wakaf kepada keluarga wakif yang tidak mampu atau dalam kebutuhan mendesak," ujar Ghofur.

Selain itu, Nazhir Wakaf juga memiliki peran yang tak mudah, selain harus memiliki legalitas hukum yang jelas, Nazhir Wakaf pun diharapkan dapat terus berinovasi seiring perubahan zaman untuk menjangkau masyarakat. Mengingat, perkembangan teknologi saat ini membuat ritme aktivitas masyarakat pun mengalami peralihan menuju digitalisasi.

Maka dari itu, Laznas PPPA Daarul Qur'an melalui Wakaf Daarul Qur'an dan seluruh Nazhir Wakaf harus pandai-pandai beradaptasi. Terlebih, era pandemi Covid-19 yang saat ini masih menghantui masyarakat Indonesia dan dunia.

"Agar Nazhir Wakaf tetap berprestasi di era pandemi Covid-19, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan salah satunya adalah digitalisasi wakaf," tuturnya.

Menurut Ghofur, digitalisasi wakaf akan sangat mempengaruhi perluasan pengaruh wakaf terhadap masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat perlu diberikan edukasi melalui berbagai platform digital. Terlebih penggunaan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp dan lain sebagainya tak bisa dilepaskan dari masyakarat Indonesia saat ini.

Harapannya, masyarakat lebih mengenal dan mau belajar tentang wakaf. Sebab, wakaf tak hanya salah satu ibadah yang pahalanya kekal hingga akhirat, namun juga salah satu alternatif membangun infrastruktur umat yang nantinya dimanfaatkan juga untuk umat. []