Al-Qur'an Bersama Kain Perca Bekas

Kelabu debu warung tenda sudut jalan menghiasi gapura tujuan akhir perjalanan kami. Gerobak dan tatanan bangku kayu bersiap untuk menyajikan berbagai menu makan malam. Sesekali warga masuk keluar membawa kantong plastik hitam. Canda tawa orang didalamnya terdengar hingga seberang jalan, menandakan kerukunan warga Kujon RT 01/ RW 05, Ceper, Klaten Jawa Tengah.

Al-Qur'an Bersama Kain Perca Bekas
Al-Qur'an Bersama Kain Perca Bekas
Al-Qur'an Bersama Kain Perca Bekas
Al-Qur'an Bersama Kain Perca Bekas
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Kelabu debu warung tenda sudut jalan menghiasi gapura tujuan akhir perjalanan kami. Gerobak dan tatanan bangku kayu bersiap untuk menyajikan berbagai menu makan malam. Sesekali warga masuk keluar membawa kantong plastik hitam. Canda tawa orang didalamnya terdengar hingga seberang jalan, menandakan kerukunan warga Kujon RT 01/ RW 05, Ceper, Klaten Jawa Tengah.

Rupannya tempat singgah dari pejalanan panjang kami akan segera sampai. “Seorang ustadzah yang selalu khusyuk ketika membaca Al-Quran namun keadaan ekonominya sangat memprihatinkan,” terang beberapa warga menyahut pertanyaan kami. Beberapa cerita sedih kami dengar dan membuat kami semakin penasaran untuk segera bergegas.

Selang beberapa menit, kami mendapati rumah lawas diakhir arahan warga tadi. Sisa reruntuhan bangunan yang disambung dengan kayu-kayu kusam nampak kurang serasi dipandangan mata. Gundukkan kain-kain sisa tak terpakai menghiasi halaman rumah. Tidak lama kemudian seorang ibu dengan badan kering tersenyum lebar menyambut kedatangan kami. 

Susilowati (48 tahun), tulang punggung keluarga yang kini telah memiliki tiga anak. Tumpukan kain perca yang memenuhi ruang tamu menjadi harapan atas terpenuhinya seluruh kebutuhan makan sehari-hari keluarganya. Kain perca itu dia rangkai menjadi pakaian sederhana layak pakai. Sesekali suaminnya membantu menuntaskan pekerjaannya. Usahannya baru berlangsung selama satu tahun, setelah badai ekonomi melandannya. 

Tepat tahun 2013 silam, beliau adalah penjahit professional kelas menengah dan memiliki pelanggan tetap. Gulungan-gulungan kain harga jutaan sudah biasa beliau kerjakan. Namun setahun kemudian Allah SWT menguji kesabaran beliau, pelanggannya kecewa dengan kain seharga sepuluh juta rupiah yang terlanjur dibeli. Sehingga proses penjualannya sangat lambat. Itulah awal deraian air mata keluarganya yang membanjiri perbincangan kami. Ketiga anaknya sempat berhenti sekolah. Untuk menyambung hidup, beliau menjajakan minuman di depan rumahnya. 

Rizki setiap umat memang telah dijamin oleh Allah SWT. Buah kesabarannya mulai terlihat tiga tahun kemudian. Inisiatifnya untuk menjahit terbuka kembali. Kain perca seharga Rp 10.000,- per kilo beliau sambung dan membentuk pakaian layak jual. Pendapatannya jauh dari angka satu juta per bulan. Namun profesi itu hingga saat ini menghiasi keseharian beliau dan cukup untuk makan sekeluarga.

Obrolan kami dibawa mengarah bangunan yang telah runtuh sebagian itu. Susunan mushaf lusuh menghiasi rak kayu disudut ruangan. Puluhan mukena tersampir di atas bentangan tambang kecil yang terikat di dua tiang bambu. Sementara itu, dari dalam terlihat jelas reruntuhan bangunan rapuh hanya sanggup menutupi 60% ruangan. Sisannya, beliau sambung dengan susunan kayu bekas. Lantai tanah beralaskan tikar kusam itu menjadi tempat duduk para santri saat mengaji dan mengerjakan sholat.

Kegelisahannya melihat anak-anak bermain setiap sore menggugah semangatnya untuk mengajarkan ilmu agama. Membangun mental cinta Al-Qur’an kepada santrinya memang tidak mudah. Motifasi yang beliau berikan dengan pemberian hadiah bagi santri yang hafalannya bagus tidak mampu menggugah semangat mereka. Keistiqomahannya selalu hadir ketika melihat kedatangan santri datang untuk mengaji setiap sore. 

Pertemuannya dengan Daarul Quran pada program Simpatik Guru dipertengahan tahun 2016 dirasa sangat membantu ekonomi keluargannya. Ketiga anaknya mampu kembali duduk di bangku sekolah. Hingga saat ini, si sulung sudah sedikit meringankan beban ibunya. Putrinya duduk di bangku kelas 3 SMK dan putra bungsunya kelas 2 SMK. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan untuk jalan hidupnya. Aamiin.