Bingkisan Senyum Lebaran untuk Pahlawan Al-Qur’an di Kampung Qur’an Rukem

Bingkisan Senyum Lebaran untuk Pahlawan Al-Qur’an di Kampung Qur’an Rukem
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Tinggal di sebuah perkampungan di Purworejo membuat Ustadz Nawab Kholisi harus mengalami berbagai penyesuaian dengan lingkungan sekitar. Tepatnya di Kampung Rukem, Desa Sidomulyo, Kabupaten Purworejo Ustadz Nawab panggilan akrabnya, meneruskan perjuangan Ustadz Khoirul Anwar, salah satu teman selama di pesantren dan salah satu Kader Tahfidz PPPA Daarul Qur’an.

Siang itu PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta menemui Ustadz Nawab di kediamannya yang berada tepat di samping Mushola Miftahul Huda untuk mengantarkan parcel Bingkisan Senyum Lebaran. Di mushola itu ia biasa mengabdikan hidupnya sejak lima bulan yang lalu. Ia menemani anak-anak belajar membaca Al-Qur’an, menyimak setoran hafalan serta mengajari dasar-dasar fiqih ibadah untuk para santri di Kampung Qur’an Rukem.

Di sela-sela kegiatannya, Ustadz Nawab bercerita tentang pengabdiannya di Kampung Qur’an Rukem. Ia pun mengaku harus menyesuaikan dengan tata krama dan budaya setempat karena cukup berbeda dengan di daerahnya di Banten, Jawa Barat.

“Di sini kalau lewat di depan para orang tua setidaknya harus sambil senyum kalau tidak dikira tidak permisi, kalau di tepat saya kan cukup ucapkan ‘punten’ walau tidak sambil senyum,” tutur Ustadz Nawab.

Kultur budaya di Kampung Qur’an Rukem memang masih cukup terpelihara, selain dari tata krama dan laku kehidupan warganya, kesenian tradisional juga masih terpelihara dengan baik, seperti tari Kuda Lumping salah satunya. Hal ini cukup berbeda dengan tempat tinggal Ustadz Nawab, namun hal tersebut tidak menjadi masalah. Bagi Ustadz Nawab, berdakwah adalah dalam rangka memelihara kebaikan.

Setiap sore ba’da Ashar Ustadz Nawab mengajar Al-Qur’an para santri di Kampung Qur’an Rukem. Selain Ustadz Nawab, ada juga Mbok Jum, ia menemani ustadz Nawab mengajar. Sebenarnya Mbok Jum lebih dulu mengajar ngaji anak-anak di kampung Qur’an Rukem. Di mana sejak Mushola Miftahul Huda berdiri sekitar 10 tahun yang lalu, Mbok Jum lah yang merintis kegiatan TPA di dalamnya bersama Bapak Kaum.

Kini Mushola Miftahul Huda sudah ramai, hampir semua warga kini telah melaksanakan sholat berjamaah di Mushola Miftahul Huda. Apalagi sejak kedatangan Kader Tahfidz dan menjadi Kampung Qur’an sejak beberapa tahun lalu, kampung ini semakin sejuk. Tidak hanya karena suasana desanya tetapi juga dari seluruh warga Kampung.

Ustadz Nawab juga menceritakan tentang bagaimana ketika kali pertama menginjakkan kaki di Kampung Qur’an Rukem. Ia disambut hangat oleh seluruh warga kampung, “warga sangat menyambut baik sama saya, terlebih saya disini justru lebih banyak belajar. Apalagi dari Mbok Jum, beliau adalah contoh keteladanan keikhlasan yang nyata bagi saya, yang setiap hari saya temui. Kalau ngajar itu kadang dibantu Mbok Jum, meski harus jalan kaki dari rumahnya di bawah, beliau tetap berangkat dan menganggap saya sebagai anaknya sendiri, bahkan saya sering diantar makanan oleh Mbok Jum,” ungap Ustadz muda 22 tahun ini, sambil menirukan sebutan Mbok Jum untuk dirinya “Anak Lanang” ustadz Nawab bercerita dengan begitu santai dan riang.

Sayang sekali pada siang hari itu PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta belum bisa berjumpa dengan Mbok Jum, selain mengajar di Mushola Miftahul Huda, di siang harinya Mbok Jum memang biasa pergi bekerja. Ia terkadang ke sawah dan berjualan bersama anaknya. Sungguh, sebenarnya kami juga memendam rindu untuk Mbok Jum, terakhir kesini saya masih ingat dibuatkan Kupat Sumpil beserta lauk opor dan kering tempe oleh Mbok Jum.

Mbok Jum adalah pribadi yang penyayang, dengan sabarnya beliau membimbing anak-anak di Kampung Qur’an Rukem selama bertahun-tahun. Jarak rumahnya yang cukup jauh dengan jalan menanjak dari Mushola Miftahul Huda tidak menyurutkan langkah Mbok Jum untuk mengajar setiap harinya.

Seperti kata Ustadz Nawab, Mbok Jum adalah teladan belajar keikhlasan di Kampung Rukem ini. Ustadz Nawab mengaku sangat bersyukur bertemu Mbok Jum dan dapat mengabdi di Kampung Qur’an Rukem. Melalui jalan pengabdian ini Ustadz Nawab ingin terus belajar dan terus semangat Nasyrul Ilmi dari yang didapatkan di Pesantren.

“Saya itu hanya selalu mengingat perkataan guru saya mbak, saat saya diajak Ustadz Irul kesini saya pun pamit pada Kyai pengasuh pondok. Pak Yai bilang “ya Nawab, dimanapun yang penting kamu harus jadi orang yang bermanfaat’,” lanjut Ustadz Nawab menceritakan momen ketika sowan pengasuh pesantrennya di Kota Banten.

Ustadz Nawab hanya mampu berujar bahwa beliau kesini bukan sebatas karena ilmu namun karena doa para gurunya, “kalau saya mengandalkan ilmu saya yang masih sangat sedikit ini, bukanlah apa-apa saya, semua itu berkat doa para guru-guru saya di pondok sehingga bisa ngaji dan mengajar,”lanjut Ustadz Nawab yang juga pernah diamanahi untuk mengajar para para santri selama masih di pondok setahun yang lalu.

Ustadz Nawab pun berharap agar anak-anak di Kampung Qur’an Rukem dapat terus belajar Al-Qur’an dengan baik agar kedepannya ada yang meneruskan perjuangan Mbok Jum, sang pejuang Qur’an yang menerangi kampung dengan ta’allumil qur’an. []

Oleh: Umi Nurcahyati, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta