Inspirasi dari Egi, Berdakwah dalam Keterbatasan
“Apa yang saya lakukan tak sebanding dengan perjuangan Rasulullah,” begitulah ungakapan Egi Ajha Oktapiani saat KH Yusuf Mansur memberi pujian atas perjuangan dakwahnya meski dalam keterbatasan. Egi sapaan akrabnya kala itu datang dalam Kajian Bulanan Istiqlal (KIBI) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (27/1).
Egi, menggunakan kedua tangan dan lututnya untuk berjalan. Tubuhnya memang tak sempurna seperti orang dewasa pada umumnya. Sejak kecil, pria yang kini berusia 27 tahun itu hanya bisa merangkak karena kakinya tak dapat berpijak dengan normal.
Namun, kekurangan fisik yang dimiliki tak sedikitpun melunturkan semangat Egi untuk berdakwah. Di ruang tamu kontrakan berukuran 5x5 yang berhadapan langsung dengan dapur, ia membentuk majelis Dakwah untuk Generasi Muda (Dugem). Santrinya adalah anak-anak muda yang sempat tersesat dalam dunia kelam obat-obatan terlarang. Egi mengajak para pemuda itu untuk berhijrah.
“Santri saya rata-rata bertato, ada yang di tangan, punggung, macem-macem. Tapi Alhamdulillah, mereka punya spirit buat hijrah dan memperbaiki diri," ujar Egi saat PPPA Daarul Qur’an mengunjungi kediamannya di Kampung Jujuluk, Kelurahan Cijoro Pasir, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jum'at (1/2).
Egi ingin semangat dakwahnya membuat orang yang memiliki kekurangan fisik tak dipandang sebelah mata. Karena menurutnya, setiap manusia memiliki kesempatan mengembangkan potensi dalam diri. Ia ingin membuktikan kepada dunia bahwa penyandang disabilitas dapat berkarya dan berdakwah meskipun dengan keterbatasan.
Kesulitan ekonomi juga tak menyurutkan langkah Egi terus berjuang dalam dakwah. Hasil dari ceramah, ia gunakan untuk hidup sehari-hari. Tak jarang, Egi mendapatkan bantuan dari warga sekitar. Namun, bukan Egi namanya jika mengharap belas kasih. Bantuan tersebut tak ia gunakan untuk kebutuhan pribadi ataupun keluarga. Melainkan, dikumpulkan dan diberikannya kepada anak yatim.
"Punya cita-cita, suatu hari nanti ingin membangun pesantren yatim, namanya Daarul Kamal dan Daarul Kamaliyah. Tapi untuk saat ini, rumah belajar Qur'an dulu untuk anak-anak di kampung ini," imbuhnya.
Saat hadir ke kediaman Egi, layanan Mustahik PPPA Daarul Qur’an memberikan bantuan sebesar Rp10 juta untuk keberlangsungan Majelis Dugem. Bersama Rumah Tahfizh Center (RTC), PPPA berupaya mewujudkan mimpi Egi memiliki Rumah Belajar Qur’an atau Rumah Tahfizh agar gerakan dakwahnya semakin luas.
Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an Tarmizi As Shidiq mengatakan, perjuangan dakwah dan cita-cita Egi sungguh menginspirasi kita semua tentang arti bersyukur, menjadi yang bermanfaat untuk umat dan sesama, serta berpikir tentang meningkatkan ibadah saat Allah masih memberikan nikmat sehat, iman dan Islam dalam diri.
“Bagi masyarakat dan donatur yang ingin terlibat mewujudkan cita-cita Egi membangun rumah tahfizh bisa langsung berdonasi melalui rekening sedekah PPPA Daarul Qur’an atau sedekahonline.com. Semoga Allah memberikan keberkahan untuk kita semua, Aamiin,” tutur Tarmizi.