Memupuk Cinta kepada Al-Quran
PPPA Daarul Qur'an Bandung mengisi kajian untuk warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Bandung, Rabu (22/2). Tema kajian kali ini adalah "Keutamaan Membaca dan Menghafalkan Al-Qur'an" yang diisi oleh Dewan Mujiz Pesantren Daarul Qur'an Bandung Kyai Khairurrozy, M.Sy., Al-Hafizh.
PPPA Daarul Qur'an Bandung mengisi kajian untuk warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Bandung, Rabu (22/2). Tema kajian kali ini adalah "Keutamaan Membaca dan Menghafalkan Al-Qur'an" yang diisi oleh Dewan Mujiz Pesantren Daarul Qur'an Bandung Kyai Khairurrozy, M.Sy., Al-Hafizh.
Sebanyak 80 orang mengikuti kajian ini yang terdiri dari warga binaan dan petugas Lapas. Kajian ini diadakan sebagai sarana penguatan fundamental rohani warga binaan agar dapat mengenal, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an.
Dalam pembahasannya, Kyai Rozy, sapaannya, menyebutkan bahwa harus menghadirkan rasa cinta dalam mempelajari Al-Qur'an. Ketika telah memiliki rasa cinta dengan Al-Qur'an, maka akan menggunakan segala cara untuk bisa menggapainya.
Namun mempelajari Al-Qur'an tidak mudah. Akan ada rasa malas, bosan dan sulit dalam memupuk cinta Qur'an. Akan tetapi rasa cinta tersebut akan tumbuh seiring dengan konsistensi dalam belajar Al-Qur'an.
Dalam berinteraksi dengan Qur'an ada adab-adab untuk memuliakannya, di antaranya adalah:
- Memegang dan membaca mushaf Qur'an dalam keadaan suci. Bila dalam keadaan hadas bisa membaca dengan niat untuk menjaga hafalan
- Tidak meletakan Al-Qur'an disembarang tempat;
- Ketika duduk tidak meletakkan mushaf lebih rendah dari pinggang;
- Memegang mushaf dengan tangan kanan;
- Mencium Qur'an ketika akan memulai baca dan setelah selesai, dengan membaca doa "hadza kitaburabbi" sambil cium di kening. Para ulama menyebutkan fadhilah doa ini akan Allah bukakan pikiran kita untuk Al-Qur'an;
- Membersihkan mulut dengan sikat gigi atau bersiwak;
- Diawali dengan isti'adah dan basmalah;
- Disunnahkan memanjangkan bacaan Qur'an (diperbanyak bacaannya);
- Disunnahkan memperindah bacaan Al Quran.
"Bila kamu tidak bisa menangis ketika membaca dan mendengarkan Al-Qur'an, maka tangisilah ketidakmampuanmu menangis ketika membaca Qur'an. Hafal Qur'an bukan prestasi melainkan anugerah, kalau ukurannya prestasi maka IQ menjadi tombaknya tapi ternyata bukan itu, yang peting lancar bukan hafal," serunya.
Dalam sesi terakhir, ia memberi kesempatan kepada warga binaan untuk bermuhasabah. Muhasabah ini dapat dilakukan setiap sebelum tidur.
Metode ketenangan diri bisa dilakukan dengan cara menarik nafas lalu tahan selama empat detik. Kemudian buang nafas melalui mulut selama enam detik. Setiap detiknya seraya bersholawat.
Langkah berikutnya adalah memaafkan diri, caranya dengan menaruh tangan kanan pegang dada kiri, tangan kiri pegang ke perut. Lalu ucapkan "Wahai diriku aku mencintaimu menyayangimu dengan ikhlas tulus lahir batin karena Allah, wahai diriku aku memaafkan masalalu yang kita lalui, maafkan setiap kesalahan yang kita lakukan dan mulai saat ini dan selamanya kita memaafkan semua orang yang telah berbuat kesalahan kepada kita betul betul kita maafkan karena Allah ..Al-Fatihah (sambil menghembuskan nafas)"
"Kalau bisa sebut nama, 'saya maafkan fulan', hal tersebut akan membuat hati kita menjadi ringan, bersih dan lapang" tuturnya di akhir muhasabahnya.
Warga binaan pun tampak tersedu-sedu. "Ada rasa tenang di diri saya, rasa ringan dan semakin yakin ikhlas dan malu akan kenaifan saya menjadi hamba Allah yang lemah, semoga renungan bisa terus saya lakukan di setiap harinya," ungkap Bu Yuyun warga binaan Lapas.