Rahma Ingin Jadi Dokter
Namanya Richa Rahmawati, usianya masih 11 tahun. Sore itu ia tengah bermain bersama adiknya, Cantika, yang masih berusia 3 tahun. Sementara ibunya sedang mengangkat galon kosong untuk dibawa lagi ke tempat pengisian air.
Rahma, sapaannya, adalah gadis yang cukup pendiam. Namun di balik sikapnya yang pendiam ia memiliki berbagai prestasi. Rahma adalah siswa yang cukup mumpuni dalam pelajaran tahfidz di sekolahnya yaitu di MI dekat desanya. Tak heran jika pada 2018 lalu Rahma dapat mengikuti Wisuda Akbar PPPA Daarul Qur’an yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM.
“Dek Rahma memang paling suka kalau di sekolah pelajaran apa?,” saya mencoba menanyai Rahma.
Rachma hanya menyunggingkan senyum lebar, “menghafal juz amma,” ia mulai menjawab dengan suara sangat pelan.
Rahma sudah lama belajar membaca Al-Qur’an yaitu di TPQ Hamas yang ada di Kecamatan Bayat, Klaten. Di TPQ Hamas itulah Rahma jua mulai belajar menghafal Al-Qur’an selain di sekolahnya.
“Kalau cita-cita dek Rahma apa, besok mau jadi apa kalau sudah besar?,” pertanyaan itu saya lanjutkan kembali.
“Dokter,” jawab Rahma.
Rahma berujar dengan menjadi dokter ia akan bisa membantu banyak orang sekaligus mendapatkan uang untuk membantu ibunya. Dalisah, ibunya, adalah orang tua tunggal yang telah ditinggal suaminya sejak 2017 lalu.
Tak heran jika jawaban yang dewasa itu bisa dikatakan oleh Rahma. Ia sudah lama menyaksikan dan membersamai ibunya yang mencari nafkah sendiri. Ibunya adalah tulang punggung keluarga setelah ditinggalkan ayahnya.
Sementara itu penghasilan Dalisah jauh dari kata cukup, ia hanya bisa mendapatkan keuntungan 6 ribu hingga 8 ribu rupiah dari mengantarkan galon. “Setiap galon untung 2 ribu, ya apapun saya lakukan agar anak-anak bisa terus sekolah,” jawab Dalisah. []
Oleh: Umi Nurcahyati, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta