Sejarah Idul Adha

Sejarah Idul Adha
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Umat muslim merayakan dua hari raya dalam satu tahun, yakni Hari Raya Idul Fitri yang jatuh setiap 1 Syawal dan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah.

Simpan dulu Idul Fitri, sebab kali ini kita akan membahas mengenai Idul Adha atau sering disebut Idul Qurban. Idul Adha memiliki sejarah panjang di mana Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail, sebelum akhirnya diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah.

Perayaan Hari Raya Idul Adha tidak lepas dari pemotongan hewan qurban. Asal mula qurban berawal dari lahirnya nabi Ismail.  Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shafaat (37) ayat 100).

Kemudian Allah menganugerahkan kepadanya anak, yakni Nabi Ismail. Singkat cerita, sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya, secara mengejutkan Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. 

Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Kemudian Nabi Ibrahim pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Nabi Ismail untuk melaksanakan perintah Allah yakni menyembelih Nabi Ismail.

Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shafaat (37) ayat 102)

Atas ketaatan Nabi Ismail kepada Allah, Nabi Ismail pun meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan Nabi Ismail berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Kemuliaan sifat Nabi Ismail pun membuat Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam (19) ayat 54)

Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ismail pun siap menaati instruksi ayahnya. Saat Nabi Ibrahim hendak mengayunkan parang, Allah lalu menggantikan tubuh Nabi Ismail dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna putih, bermata bagus lagi bertanduk.

“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat (37) ayat 104-107).

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Nabi Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Keduanya lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan putranya untuk melaksanakan perintah Allah. Sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu dalam menjalankan perintah Allah dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan oleh orang tuanya.

Dari sinilah asal mula sunah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh pelosok dunia. Hari Raya Idul Adha pun dirayakan pada setiap 10 Dzulhijjah pada setiap tahunnya.