Tak Cukup Shalih, Tapi Harus Muslih

Menjadi shalih adalah langkah awal yang sangat penting, tetapi tidak cukup jika hanya berhenti pada diri sendiri. Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi muslih—mereka yang membawa kebaikan dan perbaikan bagi orang lain.

Tak Cukup Shalih, Tapi Harus Muslih
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Dalam Islam, menjadi pribadi yang shalih adalah keutamaan besar. Seorang yang shalih berusaha menjaga hubungannya dengan Allah (habluminallah) melalui ibadah, akhlak mulia, dan ketakwaan.

Namun, Islam tidak hanya menyeru umatnya untuk menjadi shalih bagi dirinya sendiri, tetapi juga menuntut peran yang lebih besar, yaitu menjadi muslih—seseorang yang membawa perbaikan bagi orang lain dan lingkungannya.

Shalih dan Muslih memiliki makna berbeda. Shalih berarti baik dan benar dalam menjalankan agama. Seorang yang shalih fokus pada dirinya, menjaga amal ibadah, dan menjauhi dosa. Ia adalah pribadi yang berusaha menghidupkan nilai-nilai Islam dalam dirinya.

Sedangkan muslih, di sisi lain, adalah orang yang bukan hanya memperbaiki dirinya sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam memperbaiki keadaan di sekitarnya.

Seorang muslih tidak hanya shalih secara individu, tetapi ia juga menjadi agen perubahan yang mengajak orang lain kepada kebaikan.

Al-Qur'an menyeru umat Islam untuk tidak hanya beriman dan beramal shalih, tetapi juga mengajak kepada kebaikan. Allah SWT berfirman:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imran: 104)

Ayat ini menunjukkan bahwa menjadi muslih adalah panggilan agama. Seorang muslih memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, baik melalui perkataan, perbuatan, maupun keteladanan.

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, yang berarti manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga, memperbaiki, dan memakmurkan bumi. Menjadi muslih adalah wujud nyata dari amanah tersebut.

Dalam Islam, kehidupan tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang memberi manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
(HR. Ahmad)

Seorang muslih memperkuat ukhuwah Islamiyah dengan saling membantu dalam kebaikan dan menasehati dalam ketakwaan. Dalam suasana ini, umat Islam akan menjadi kuat dan harmonis.

Allah akan memberkahi kehidupan orang-orang yang tidak hanya berbuat baik untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Barang siapa menunjukkan kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.”
(HR. Muslim)

Menjadi shalih adalah langkah awal yang sangat penting, tetapi tidak cukup jika hanya berhenti pada diri sendiri. Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi muslih—mereka yang membawa kebaikan dan perbaikan bagi orang lain.

Dengan menjadi muslih, seorang muslim tidak hanya meraih kebahagiaan di dunia, tetapi juga mendapatkan ridha Allah SWT di akhirat. Sebab, keberhasilan sejati adalah ketika kita menjadi jalan kebaikan bagi sesama.