Tim Sigab PPPA Daarul Qur'an Tiba di Desa Sagu, Desa Terpencil yang Hampir Luput dari Bantuan
Sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Ahad (4/4) diterjang banjir bandang dan tanah longsor pada Ahad (4/4) lalu. Selain Desa Waiburak dan Lamanele yang ramai diperbincangkan, ada juga Desa Sagu yang terdampak banjir dan tanah longsor namun tak banyak disorot masyarakat.
Desa Sagu berada di Kecamatan Adonara Timur. Desa ini merupakan wilayah paling ujung dan terpencil di Pulau Adonara.
Menurut laporan Andi Kurniawan, selaku Koordinator Tim Siaga Bencana (Sigab) PPPA Daarul Qur'an, Desa Sagu hampir tidak diketahui publik atas peristiwa nahas yang terjadi sepekan lalu. Padahal, desa ini juga mengalami dampak yang cukup serius.
Andi dan para personel Tim Sigab PPPA Daarul Qur'an lainnya sudah tiba di Desa Sagu untuk mengevakuasi para korban dan mendistribusikan bantuan, Jum'at (9/4).
Desa Sagu hampir tidak tersentuh bantuan sama sekali. Menurut Andi, hal tersebut terjadi karena matinya aliran listrik serta terputusnya jaringan seluler yang mengakibatkan semua informasi tidak dapat diketahui oleh publik.
"Saat banjir tiba, listrik di sini langsung mati, jaringan seluler juga mati, jadi kami terisolasi dan tidak memiliki akses untuk memberitahukan ke keluarga ataupun publik," ucap Qoyimuddin, salah seorang warga Desa Sagu.
Diketahui bahwa Desa Sagu juga terdampak banjir yang mengakibatkan rumah-rumah hancur dan terseret arusi. Dari data yang diperoleh, 18 rumah hancur total akibat banjir bandang. Meski demikian, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
"Tidak ada korban jiwa, tapi 18 rumah hancur pasca banjir tersebut," ucap Taufik Harun, Kepala Desa Sagu.
Sampai saat ini, para pengungsi masih menempati posko mandiri atau rumah-rumah keluarga. Mereka masih takut untuk beraktivitas di luar rumah. Harapannya, aktivitas warga segera bangkit dan roda ekonomi mereka kembali pulih. []