UNS Apresiasi Hufadz Setara Peraih Juara Olimpiade Internasional

UNS Apresiasi Hufadz Setara Peraih Juara Olimpiade Internasional
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Ruang gerak tahfidzul Qur’an kini telah merambat pada dunia pendidikan tinggi. Penghafal Qur’an (hufadz) yang mula-mulanya asing di negeri ini mulai dilirik potensinya. Berbagai fasilitas untuk berpendidikan tinggi ditawarkan kepada mereka.

Termasuk Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo. Kampus favorit ini telah genap tujuh tahun mempermudah para hufadz untuk menjadi mahasiswanya sejak 2012 lalu. UNS adalah perguruan tinggi negeri pertama di Indonesia yang memberikan apresiasi berupa poin tambahan untuk hufadz yang mendaftar di sana. Saat ini tercatat sudah ada 326 mahasiswa aktif yang masuk melalui jalur hufadz tersebut. Jumlah ini merupakan hasil akumulasi sejak 2012 dan terus mengalami peningkatan.

“Tentu saya mengapresiasi penghafal Qur’an, karena secara khusus UNS ini juga sebagai pelopor penerimaan mahasiswa baru yang mempertimbangkan prestasi non-akademik, khususnya yang memiliki kemampuan, menghafal Al-Qur’an,” terang Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho.

Ia menambahkan, dalam kebijakan tersebut, calon mahasiswa UNS akan mendapat tambahan poin setara dengan kejuaraan olimpiade internasional jika memiliki hafalan 30 juz. Adapun untuk jumlah hafalan 15 juz ke atas, poin tambahan yang diberikan setara dengan kejuaraan olimpiade tingkat nasional.

Hasil survei kemampuan akademik mahasiswa penghafal Al-Qur’an di UNS pada 2018 lalu menyatakan, nilai rata-rata IPK penghafal Qur’an di atas angka 3, bahkan banyak di antara mereka yang di atas 3,5 (cumlaude). Tidak hanya itu, mereka juga aktif dalam kompetisi lomba dan organisasi dakwah.

Salah satunya Fina Zakiyyah (21), mahasiwi Jurusan Kedokteran UNS yang hafal Al-Qur’an 30 juz. Ia juga baru saja memenangkan juara harapan 2 di perlombaan MTQ tingkat nasional. Fina mengaku bahwa padatnya rutinitas kampus sama sekali tidak mengganggu hafalannya. Ia memprioritaskan murajaah harian sebelum mengerjakan tugas kuliah dengan target minimal seperempat juz per hari. “Kalau memang tugas kuliah banyak dan murajaah belum sesuai target, itu saya anggap hutang, jadi besoknya murajaahnya ditambah lagi,” terangnya.

Adapula Muhammad Farhan Darmatatya (22), mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UNS yang hafal Al-Qur’an 30 juz dan aktif dalam dakwah tahfizhul Qur’an baik di lingkungan internal maupun eksternal kampus. “Saya ada cita-cita, kalau Al-Qur’an itu sudah masuk di dalam diri seseorang, kemudian diaplikasikan di tataran masyarakat dan pimpinan negara, pasti akan membawa berkah untuk Indonesia ini,” terang Kepala Bidang Pembina Hufadz UKM Ilmu Qur’an dan Takmir Masjid Siti Aisyah Solo ini.

Fina dan Farhan sepakat, menjadi penghafal Al-Qur’an sekaligus aktivis dakwah sama sekali tidak menggangu kewajibannya untuk menuntaskan tugas-tugas kuliah di UNS. Mereka merasa mendapat dukungan dari UNS dengan adanya program Sekolah Qur’an, Keluarga Hufadz UNS, Campaign Qur’an, dan program lain yang justru turut menjaga hafalan Al-Qur’an mereka. (runti/mnx)