Syakir Daulay, Menghafal Al-Qur'an Sampai Jadi Ustadz Idola

Syakir Daulay, Menghafal Al-Qur'an Sampai Jadi Ustadz Idola
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Nama Syakir Daulay terus melejit seiring dengan sejumlah prestasi yang telah diraihnya. Muda, cerdas, dan bersuara merdu agaknya sangat pas untuk menggambarkan seorang remaja yang Januari 2019 lalu usianya baru beranjak 17 tahun.

Tampan, pandai mengaji serta piawai dalam berceramah membuatnya menjadi panutan anak-anak muda. Bakatnya tersebut ternyata memang dimiliki pemuda yang merupakan alumni Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang, Tangerang ini sejak masih di jenjang Shigor.

Ia pernah ikut serta menjuarai sejumlah lomba tilawah dan azan. Salah satunya saat ia mendapat juara 1 Lomba Azan Hari Anak Nasional yang digelar DPD PKS Bireuen serta Juara II MTQ Putra Tingkat SD/MI se-UPTD Kecamatan Jeumpa pada 2009 silam.

Anak bungsu dari empat bersaudara itu juga pernah menjadi muazin menjelang buka puasa di Trans 7 serta dai cilik di Trans TV. Syakir juga pernah menjadi pemeran utama sejumlah film dan sinetron bernuansa dakwah seperti Surga Menanti dan Anak Masjid.

Meski sibuk di dunia hiburan, Syakir tetap mengutamakan ibadah, khususnya menjaga hafalan. Sebagai seorang aktor, ia ingin menginspirasi hal-hal positif untuk penggemarnya. Dan Al-Qur’an menjadi panduan utamanya untuk berdakwah.

“Saya ingin jadi seorang aktor yang Qur’ani, di mana orang tetap bisa mengambil kebaikan dari saya. Lagi pula, sahabat Rasulullah pun tidak semuanya menjadi ustadz, tetapi mereka semua mempunyai peran dalam kebangkitan Islam,” ujar Syakir.

Selain memiliki kepribadian yang saleh, pemuda asal Aceh itu juga berhati mulia. Hal itu tampak saat Syakir menggelar sejumlah aksi kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan dan mendatangi daerah-daerah pascabencana seperti di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Satu minggu setelah gempa terjadi di Lombok, Syakir hadir mendampingi warga khususnya anak-anak di Lombok yang kala itu masih trauma. Tepatnya di Dusun Luk, Desa Sambik Bangkol, Kecamatan Gangga, Lombok Utara.

Di sana, Syakir menginap selama tiga hari. Ia tidur di tenda pengungsian. Syakir juga memimpin salat berjamaah dan memberi motivasi keagamaan. Ia pun mengajak anak-anak menghafal Al-Qur’an, yakni surat Ar-Rahman.

“Ini pengalaman yang sangat berharga sekali buat Syakir, bisa merasakan apa yang dialami masyarakat Lombok. Tidur di tenda pengungsian, dingin tapi tak terasa setelah melihat anak-anak kecil yang tetap tertawa di tengah-tengah kekurangan yang mereka alami,” ucapnya.

Pesan Syakir untuk generasi muda Indonesia adalah jangan menyia-nyiakan masa muda. Mengejar cita-cita adalah hal yang utama. Sementara pribadi yang istiqomah dalam ikhtiar, sabar serta menghafal Al-Qur’an merupakan jalan untuk meraih impian tersebut. (ara/mnx)