Lindu, Penjual Takoyaki Penghafal Qur’an
Lindu Aji Pamungkas adalah pemuda asal Brebes, Jawa Tengah. Hidup merantau ke Yogyakarta membuat Lindu, panggilan akrabnya, harus bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya sendiri.
Pilihannya pun jatuh kepada penjual Takoyaki. Ya, lelaki 19 tahun itu memilih berjualan Takoyaki lantaran kebutuhan hidup yang kian bertambah seiring adanya pandemi Covid-19.
Lindu berjualan dengan modal awal dari seroang teman. Ditemani gerobak butut, hampir setiap hari ia berjalan hingga berkilo-kilo meter menjajakkan jualannya. Meski demikian, pendapatannya justru tak menentu. Kadang laku, kadang juga tidak. Belum lagi uang hasil jualannya digunakan kembali untuk modal usaha esok hari.
Selain berjualan, lelaki berambut gondrong itu juga seorang penghafal Al-Qur’an. Di sela-sela kesibukannya, Lindu masih sempat untuk menambah dan mengulang hafalan Al-Qur’an. Hafalannya pun saat ini sudah 5 juz.
Perjalanan menghafal Al-Qur’annya dimulai ketika ia lulus SMK. Sebagai anak laki-laki, Lindu tak ingin menjadi beban keluarga. Terlebih, ia sudah ditinggal sang ayah sejak usianya masih sangat belia.
Ingin menjadi pemuda yang mandiri, Lindu pun merantau ke Yogyakarta. Di Kota Budaya itu, dirinya mulai mengenal Rumah Tahfidz Qur’an Syifaul Qulub pada 2020 silam. Di Rumah Tahfidz itulah Lindu perlahan belajar mengaji dan sholat. Hingga akhirnya ia pun menghafal Al-Qur’an.
Akan tetapi saat ini Lindu tengah pilu. Pasalnya usaha Takoyakinya sedang berhenti karena tak ada modal lagi. Efek jangka panjang pandemi Covid-19 ternyata membuat usahanya sulit bertahan.
Remaja berambut gondrong ini berharap, masa depannya tidak berantakan dan lebih terarah dengan Al-Qur’an, apapun profesi ataupun pekerjaannya di masa mendatang. []