Malam Tujuh Belas Mbah Muldiharjo
“Musibah kuwi pancen nggowo berkah. Sing penting yakin kalih Gusti. Mbiyen, ora ana rame-rame ngene. Sakniki, alkamdulillah ana sing ngrumati...” tutur Mbah Muldiharjo pada Mas Aflah yang ikut rombongan PPPA Daarul Qur’an untuk gelaran Buka Bersama Para Penghafal Al Qur’an di Dusun Rukem, Sidomulyo, Purworejo. “Musibah itu memang membawa berkah. Yang penting adalah keyakinan pada Allah SWT. Dulu, tidak ada acara seperti ini, sekarang Alhamdulillah ada yang merawati.” Inilah secuplik rasa syukur Mbah Muldiharjo pada malam 17 Ramadan 1439 H lalu.
Menjelang sore, ratusan warga berdatangan dengan baju terbaiknya di latar Musholla Miftahul Huda. Terlihat baju koko, sarung kotak-kotak, kopyah hitam, juga gamis warna-warni para ibu dan remaja putri. Pun tidak tertinggal Mbah Muldiharjo dengan koko putih dan sarung kotak-kotak hitam barunya hadir lebih awal daripada warga kampung lainnya. Ada kesukacitaan yang hadir di tengah warga dusun yang pernah luka karena longsor dua tahun lalu.
Sudah masuk malam tujuh belas Ramadan, Mbah Muldiharjo dan ratusan warga bersuka cita untuk berbuka puasa bersama dan memeringati turunnya Qur’an, mengingat kembali Kanjeng Nabi Muhammad SAW. menerima amanat nubuwwah. Mbah Muldiharjo bertambah bahagia, bersama para ibu dan bapak, bersama malam Nuzulul Qur’an tahun ini, betapa anak-anak Rukem dipanggil ke depan panggung bersama ibu untuk menerima sertifikat bahwa telah lulus ujian juz 30 Al Qur’an akhir Mei 2018 lalu. Air mata dan pelukan hangat para ibu pada anaknya menjadi tanda tentang Al Qur’an yang mulai tertanam di generasi penerus Kampung Qur’an Rukem, Purworejo.
Maghrib menjelang, adzan dilantunkan dengan sedikit langgam Jawa, khas suara penghujung senja di kampung-kampung, air teh dan es buah membuka dahaga warga. Setelah sholat, anak-anak duduk melingkar rapi, menunggu tampah makanan berbuka dihidangkan. Sedangkan para orang tua duduk rapi bergantian mengambil santapan berbuka dengan prasmanan. Ayam goreng, sambal goreng hati, tumis buncis, dan buah-buahan diambil bergantian. Namun tidak dengan Mbah Muldiharjo, hanya dengan segelas teh, yang tetap duduk memandangi anak cucunya yang tengah berbahagia sebab berkah Qur’an setelah bencana. Lelaki berusia delapan puluhan tahun itu pun banyak mengucap syukur, meski dengan logat Jawanya, dalam senyumnya air mata menetes penuh haru akan keberkahan cucu-cucunya yang juga menjadi para Penghafal Al Qur’an.
Isya’ menjelang, ratusan warga masih bertahan di latar Mushola Miftahul Huda. Malam syahdu di Kampung Qur’an Rukem akan dihabiskan untuk Qur’an. Kali ini, sholat Isya dan Tarawih dipimpin langsung oleh Gilang, seorang santri hafizh tiga puluh juz dari Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang. 23 rakaat berlangsung khidmat, berlanjut tadarus Al Qur’an bersama warga hingga jam satu dini hari. Syahdu malam di hawa perbukitan Pajangan bersama Qur’an, segelas kopi hangat, dan camilan produksi para ibu kampung yang tengah menghafal juz keduanya.
Alhamdulillah, malam nuzulul Qur’an di Kampung Qur’an Rukem, Purworejo bisa menghadirkan ingatan dan rasa syukur di tengah warga. Mbah Muldiharjo pun menjadi saksi sekaligus mendecak kagum atas gerak dakwah PPPA Daarul Qur’an yang setia membersamai kampungnya sejak peristiwa longsor dua tahun lalu. Bismillah, semoga Mbah Muldiharjo senantiasa sehat untuk terus melihat bagaimana AlQur’an membawa keberkahan demi keberkahan untuk satu kampung di atas bukit Pajangan, Purworejo, kampung yang sepi namun selalu membuat rindu untuk ditirakati dan ditafakkuri.