Saat Santri Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj Belajar Jadi Pengusaha dengan Berjualan Keripik Sukun

Saat Santri Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj Belajar Jadi Pengusaha dengan Berjualan Keripik Sukun
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Santri zaman now merupakan santri milenial yang selain belajar ilmu agama namun juga belajar meniti masa depan, misalnya menjadi pengusaha sukses. Berkaitan dengan kemandirian santri serta dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0, beberapa pesantren telah mengembangkan pelatihan entrepreneur.

Dikembangkannya  entrepeneur  di berbagai pesantren, antara lain berawal dari pandangan bahwa  pesantren tidak hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu keagamaan. Akan tetapi, pesantren juga menjadi tempat untuk menggembleng para santri untuk menjadi pribadi yang mandiri.

Harapannya, setelah lulus dari pesantren, para santri tidak hanya religius, tapi juga lebih matang dalam berwirausaha. Sehingga, kemandirian ekonomi akan terwujud.

Berwirausaha di masa pandemi Covid-19 menjadi pilihan yang tepat, namun harus dilakukan secara lebih kreatif dan inovatif. Selain untuk memperkuat ekonomi secara individu, berwirausaha bagi para santri dapat memperkuat ekonomi pesantren secara kolektif.

Seperti yang dilakukan oleh santri-santri Rumah Tahfidz Ali Obed Bahajaj, Sukabumi, Jawa Barat. Para santri diajarkan bagaimana caranya berwirausaha dengan berjualan produk olahan sukun.

Pengasuh Rumah Tahfidz Ali Obed, Ustadz Acep menuturkan pendidikan pesantren menekankan santri untuk berjiwa mandiri, disiplin dan jujur. Hal itu menjadi modal besar untuk menumbuhkan kewirausahaan. Dengan upaya sistematis, diharapkan akan lahir pengusaha-pengusaha sukses dari santri.

Salah satu santri bernama Muhammad Zaki yang juga ikut belajar kewirausahaan berkata bahwa dengan menjajakkan keripik sukun dengan harga 20ribu rupiah perkemasan dapat menghasilkan pendapatan mulai dari 80ribu hingga 200ribu rupiah sekali berkeliling.

Zaki juga mengungkapkan, terkadang ia tidak mendapatkan pembeli sama sekali. “Kalau enggak laku ya sedih, tapi gapapa juga, sambil belajar,” tuturnya.

Akan tetapi, proses tersebut dilakoni Zaki dengan penuh antusias. Sebab, salah satu kunci kesuksesan para pengusaha juga terletak pada ketekunannya. []

Oleh: Nadzar, PPPA Daarul Qur’an Bogor