Akhirnya Siti Dapat Periksakan Anaknya ke Dokter

Akhirnya Siti Dapat Periksakan Anaknya ke Dokter
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Siti Muawanah adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak, Affat dan Abim. Anak pertamanya Affat, kini duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar (SD). Sedangkan Abim masih berusia satu tahun. Wanita 31 tahun tersebut hidup bertiga dengan anaknya di Talang Jambe, Kecataman Sukarame, Palembang. Sementara sang suami bekerja di luar kota demi menafkahi keluarga.

Siti sapaan akrabnya, merupakan salah satu warga terdampak asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Palembang dan sekitarnya. Begitu pula dengan kedua anaknya yang ikut terpapar asap sejak kabut tebal sering menyelimuti wilayah ini. Kini dirinya mengaku takut keluar rumah dan beraktivitas di luar karena asap ada di mana-mana. Bahkan, Siti pun takut untuk membuka pintu.

"Parah ya, sekarang itu  mau buka pintu saja takut. Kan asap langsung masuk, bukan udara lagi yang masuk, tapi asap. Padahal rumah sudah ditutup, tapi abu dan debu tetap bisa masuk rumah," ucap Siti menjelaskan pengalamanya dikepung asap.

Siti mengaku, sejak sepekan terakhir asap kebakaran terlihat lebih pekat, terutama di pagi hari. Meski asap kian menipis pada pukul 10.00 WIB, namun pada tengah hari langit kembali gelap oleh asap. Sampai-sampai, dirinya tak dapat membedakan siang dan sore hari.

Kekhawatiran Siti untuk keluar rumah harus ia kubur terlebih dahulu ketika mengantar Affat ke sekolah. Tapi, Abim yang masih kecil tidak mau ditinggal di rumah. Daripada sang anak menangis, akhirnya Siti terpaksa membawa si bungsu.

Setelah mendengar kabar adanya posko kesehatan gratis dari PPPA Daarul Qur'an di Musala Al-Muhajirin, Siti membawa Abim ke lokasi untuk memeriksakan kesehatan anak-anaknya pda Kamis (19/9). Sedangkan Affat memang merupakan salah satu santri Rumah Tahfidz Al-Azam yang sedang mengikuti acara di dalam mushala.

"Kita sudah ngurang-nguranin untuk keluar rumah, kalau ndak ada acara ini, ndak mau keluar. Kira-kira semingguan ini sudah mengurangi semuanya," tutur Siti menggunakan bahasa khas Palembang.

Siti ikut mengantre bersama ibu-ibu lainnya. Meski harus menunggu cukup lama dengan terus mengawasi sang anak yang berlarian kesana dan kemari, ia tetap sabar menanti nomor urutannya dipanggil oleh dokter.

Setelah tiba saatnya Siti dipanggil, ia menceritakan semua keluhannya kepada Dokter Aditya, salah satu dokter dari PPPA Daarul Qur’an yang bertugas kala itu. Dua buah obat yang terdiri dari obat batuk dan antibiotik pun digenggamnya setelah mengganti resep dari dokter di apoteker.

"Ini kami berdua sedang batuk pilek, sudah seminggu. Kata dokter harus mengurangi keluar rumah, anaknya kalau bisa ndak usah dibawa," jelas Siti.

Kehadiran posko kesehatan di wilayahnya dinilai sangat membantu. Ia dan anak-anaknya dapat ke dokter tanpa harus pergi ke Puskesmas yang jaraknya lumayan jauh. Kebetulan, Siti memang ada rencana untuk ke Puskesmas, tapi dengan adanya posko kesehatan ini dirinya hanya perlu datang serta menerima layanan gratis. Dan yang paling penting baginya adalah dekat dengan rumahnya.

"Alhamdulillah. Jadi, seharusnya memang harus menjemput bola ya, karena masyarakat kita kan susah untuk sadar menjaga kesehatan, sudah tahu banyak asap tapi banyak yang ndak pakai masker. Anak saja dibiarkan, main ndak pakai masker," ucap Siti. (dio/ara)