Al-Qur’an dan Alat Sholat Baru Untuk Warga Lereng Gunung Kawi

PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dan Malang mengunjungi Desa Kucur di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Jumat (10/3). Desa Kucur berada di lereng Gunung Kawi dengan daerah yang subur dan airnya yang jernih. Perjalanan menuju Desa Kucur kali ini membawa misi distribusi mushaf dan alat sholat sinergi antara PPPA Daarul Qur’an dan Beramaljariyah.org.

Al-Qur’an dan Alat Sholat Baru Untuk Warga Lereng Gunung Kawi
Al-Qur’an dan Alat Sholat Baru Untuk Warga Lereng Gunung Kawi
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dan Malang mengunjungi Desa Kucur di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Jumat (10/3). Desa Kucur berada di lereng Gunung Kawi dengan daerah yang subur dan airnya yang jernih. Perjalanan menuju Desa Kucur kali ini membawa misi distribusi mushaf dan alat sholat sinergi antara PPPA Daarul Qur’an dan Beramaljariyah.org.

Menempuh perjalanan selama 45 menit dari pusat Kota Malang, kaki kami melangkah bertemu dengan salah satu tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berada di Desa Kucur, Ustadz Sukari sapaan akrabnya. Beliau salah seorang tokoh agama yang ikut membersamai perjuangan agama dan Al-Qur’an di Desa Kucur. 

Perjuangan Ustadz Sukari dan asaatidz lainnya dengan cara banyak menggaungkan persaudaraan, kebersamaan, dan pengamalan nilai-nilai agama. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kondisi lingkungan masyarakat setempat yang banyak menganut agama dan kepercayaan yang berbeda. Ajakan dan doktrin dari upaya pendangkalan akidah  selalu menjadi hal yang dihadapi oleh Ustadz Sukari dan beberapa orang lainnya.

Sejak tahun 1990-an, Muslim menjadi masyarakat minoritas yang berada di Desa Kucur. Pada tahun 2001 pun masyarakat muslim di sana hanya sebatas 25 KK, bahkan terdapat 1 KK yang mempunyai 2 agama berbeda. Hingga memasuki tahun 2001, masjid sebagai tempat berkumpul dan beribadah bagi umat muslim pun masih belum tersedia. Tempat pendidikan formal yang berbasis islam juga masihlah belum banyak seperti saat ini, yang mengakibatkan perjuangan Al-Qur’an pun masih sangat jarang.

Banyaknya pemuda yang menjadi candu dengan alkohol, tayangan tidak senonoh dan perusakan moral lainnya membuat para orangtua yang memeluk agama islam disana sadar. Pendekatan pada nilai-nilai Al-Qur’an dan agama perlu dihadirkan dan didekatkan kepada masyarakat, terutama bagi mereka yang beragama Islam. Penolakan demi penolakan sudah menjadi makanan sehari-hari Ustadz Sukari dan beberapa orang lainnya. Akan tetapi, pemantapan hati para pendakwah yang mempunyai prinsip bahwa roda dakwah perjuangan harus terus berputar.

Hingga saat ini, perbedaan agama yang kontras terlihat di dalam desa tersebut, walau demikian sifat toleransi tetap menghiasi lingkungan bermasyarakat. Walaupun beberapa kali sempat timbul adu urat dan bersitegang antara kedua tokoh agama, akan tetapi hal tersebut dapat diselesaikan tanpa timbulnya pertengkaran.

Dua tahun berselang, dipelopori oleh Ustadz Sukari dan rekannya memutuskan untuk meminjam rumah yang sudah lama tak ditempati untuk digunakan anak-anak belajar. Tak lama berjalan, rumah tersebut kembali diisi dan difungsikan oleh pemiliknya. Setelah itu para warga berinisiatif untuk mengumpulkan dana dan membeli sebuah tanah kosong untuk dibangunkan tempat pendidikan formal Raudhatul Athfal (RA).

Pembangunan RA tersebut masihlah berjalan hingga saat ini, hal tersebut terlihat dari bangunan di lantai 2 yang belum rampung. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah menyurutkan semangat para pengajar dan anak-anak untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar. Dikarenakan tempat yang masihlah belum selesai, maka pembagian pembelajaran pun diterapkan. Pagi hari, anak-anak mengisi bangunan tersebut dengan kegiatan RA dan di sore hari diisi dengan kegiatan TPA.

Perjalanan untuk mengajak dan mendawamkan dakwah Islam di Desa Kucur hingga saat ini masihlah menjadi sebuah api perjuangan yang belum padam. Dengan mempersiapkan generasi penerus yang dekat dengan Al-Qur’an diharapkan agar dapat menjadi penerus yang melanjutkan estafet perjuangan. Hadirnya bantuan-bantuan yang disalurkan oleh para donatur dapat menjadi sebuah bara kecil yang menjaga api perjuangan. Dari hal kecil tersebut, para warga di Desa Kucur akan masih tetap merasakan persaudaraan antar sesama Muslim. Semoga istiqomahnya para pendakwah tetap terus terjaga, dan dapat memberikan keberkahan bagi setiap orang yang bersinggungan dengan perjuangan. Aamiin.