Bingkisan Senyum Lebaran Untuk Warga di Tepian Hutan

Bingkisan Senyum Lebaran Untuk Warga di Tepian Hutan
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Namanya Kholisa, ia adalah eorang wanita tangguh berusia 46 tahun yang tinggal di gubug sederhana di tepian hutan Desa Kradenan Lama bersama suami dan kedua anaknya. Tak nampak barang mewah di gubug berukuran 4x6 ini, hanya ada kasur, tv bekas, dan beberapa perabotan dapur.

Kala hujan lebat turun, tak jarang membuat rumahnya tergenang air. Bahkan hingga kasur lantai yang biasa mereka gunakan pun basah oleh air hujan yang masuk kedalam rumahnya.

Akses jalan yang terjal dan berliku untuk sampai di gubug sederhananya tak menjadi hambatan baginya untuk tetap berjuang mencari nafkah bersama sang suami demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sang suami yang hanya bekerja sebagai buruh kuli bangunan dengan penghasilan yang tidak selalu ada, membuat ibu dua orang anak ini harus memutar otak untuk mencari tambahan penghasilan agar tetap bisa bertahan hidup tanpa mengharapkan bantuan orang lain.

Kholisa tak pernah malu untuk bekerja apa saja demi bisa membantu sang suami. Hingga kini ia sedang belajar untuk menekuni usaha kecil-kecilan, yaitu membuat olahan krupuk untuk di jual di warung-warung.

Tak banyak penghasilan yang didapat dari berjualan krupuk ini, hanya sekitar Rp 25.000  saja perhari. Hasil ini jelas belum bisa menutup seluruh kebutuhan hidup keluarganya.  Terlebih di tengah pandemi seperti saat ini, banyak warung-warung makan yang tutup dan membuat pengahsilannya semakin berkurang. Kendati demikian, Kholisa tak pantang menyerah untuk menjajakan dagangannya meski harus berkeliling ke rumah-rumah warga sekalipun.

Kegigihan dan semangat pantang menyerah Kholisa dalam menjalani hidup ini membuat PPPA Daarul Qur'an Semarang merasa terpanggil untuk memberi semangat dan dukungan untuk ia dan keluarganya.

“MasyaAllah,  terima kasih banyak karena sudah memperhatikan kami, saya sangat terharu karena jujur sebelumnya belum ada yang sepeduli ini dengan kami,” tutur Kholisa seraya mengusap air matanya.   

Selama ini, Kholisa dan suami tak pernah ingin dilihat sebagai orang yang membutuhkan bantuan meski kenyataannya mereka amat membutuhkan. Baginya dengan rezeki sehat yang masih diberikan oleh sang kuasa masih cukup baginya dan sang sumai untuk terus berusaha mencari nafkah apapun selagi itu halal. (ade/dio)