Dari Qur'an untuk Qur'an

Dari Qur'an untuk Qur'an
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Tiga tahun berkhidmat mencetak pemimpin yang Qur’ani melalui program Beasiswa Tahfidz Qur’an (BTQ) for Leaders membuat PPPA Daarul Qur’an tak berhenti bermuhasabah diri. Kebermanfaatan program ini telah diterima sekitar 150 mahasiswa perguruan tinggi negeri, para penghafal Al-Qur’an yang tersebar di Indonesia. Mereka adalah harapan baru bangsa, untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan negeri yang berlandaskan pada nilai-nilai Al-Qur’an.

Menginjak pertengahan tahun ketiga, PPPA Daarul Qur’an melaksanakan  evaluasi program BTQ. Tepatnya pada 2-10 Juli 2019 yang terbagi di lima lokasi ujian evaluasi di Makassar, Malang, Semarang, Tangerang, dan Bandung. Kegiatan ini difokuskan dengan penilaian hafalan santri dengan setoran 15 juz untuk angkatan pertama, 10 juz angkatan kedua, dan 5 juz untuk angkatan ketiga.

Manager Pendayagunaan PPPA Daarul Qur'an Maulana Kurnia Putra menyatakan, model evaluasi hafalan seperti ini belum pernah dilaksanakan. Hasilnya benar-benar terlihat bahwa santri BTQ dipastikan memiliki hafalan yang bagus sesuai dengan target setiap angkatannya. Tujuannya adalah agar para santri tetap bersama Al-Qur’an setelah lulus nanti.

“Fokusnya bukan menjadi sarjana yang pernah selesai menyetorkan hafalan Qur'an, tapi sarjana yang benar-benar hafal Al-Qur'an. Karena tujuan BTQ ini untuk mencetak pemimpin yang hafal Al-Qur'an. Jadi jelas, moral santri BTQ ini sebagai penghafal Al-Qur'an yang kedudukannya jauh lebih mulia dari sekedar manjadi sarjana," terangnya saat membuka acara evaluasi BTQ di SD Daqu School Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (3/7) lalu.

Komitmen untuk mendampingi para santri BTQ hingga menjadi penghafal Al-Qur’an sampai dengan level tertinggi juga disampaikan Maulana dalam sambutannya. Dengan demikian, kedepan program ini benar-benar khusus menerima santri yang mau dan siap komitmen untuk menjadi pemimpin yang hafal Al-Qur’an.

​"Ngaji itu tujuannya bukan untuk sesuatu, bahkan bukan sekedar dapet mahkota kemuliaan, atau pahala yang berlipat ganda, terus masuk surga, dan lain-lain. Karena kalau begitu yang akan kita dapatkan cuman itu. Tapi coba niatkan karena Allah SWT, karena kemuliaan penghafal Al-Qur’an sesungguhnya tidak sampai disitu, tapi dianggap sebagai keluarga Allah SWT dan bisa melihat Allah SWT. Jadi anggap BTQ ini hanya wasilah, tujuannya tetap ghoyah dimana ghoyahnya itu ya Allah SWT. Jadi mau di BTQ atau tidak, kalian tetep menghafal," terang Ustadz Asnal, LitbangTahfidz Pendayagunaan PPPA Daarul Qur’an yang menguji langsung hafalan santri BTQ.

Menjaga niat dalam menghafal Al-Qur’an memang tidak mudah. Diperlukan renungan-renungan khusus agar senantiasa istiqomah dalam niat yang benar. Juga usaha untuk menambah hafalan dan terus memurajaah hafalan tersebut.

Hal ini dirasakan Nur Mazidah Zahwa, salah satu santri penerima manfaat BTQ for Leaders mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Alhamdulillah, Zahwa mampu menyelesaikan kewajibannya untuk setoran hafalan 5 juz sesuai target angkatan ketiga. Meskipun sebenarnya Zahwa telah selesai menghafal 10 juz dan dalam proses memutkinkan hafalan tersebut.

“Alhamdulillah, lega bisa lancar ketika ujian. Senang juga diingatkan sama ustadz, nasihatnya benar-benar mengingatkan niat saya untuk menghafal, sama seperti nasihat Ustadzah Irya setiap saya selesai setoran. Insyallah, liburan ini mau full murajaah, begitu masuk bisa setoran glundungan juz 1-10 ke Ustadzah Irya,” terang Zahwa saat ditemui selesai menyetorkan hafalannya juz 1-5 pada ujian evaluasi BTQ ini.

Zahwa dan ratusan teman-temannya adalah harapan negeri yang telah lama menantikan hadirnya para pemimpin yang hafal Al-Qur’an. Semoga mereka senantiasa dalam niatan yang benar. Tidak menjadi penghafal Al-Qur'an yang hanya berbusa di mulut saja, tidak sampai pada tenggorokan, apalagi hati. Tetapi semoga hafalan mereka benar-benar tertanam permanen dalam sanubari, Aamiin. (runti/ara)