Tommy dan Kerja Keras Sang Ibu

Tommy dan Kerja Keras Sang Ibu
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Selembar brosur PPPA Daarul Qur’an mengantarkan Hoediono Tommy Sutikno, remaja kelahiran Malang pada 2000 silam untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia telah menghafal sejak duduk di kelas 6 SD. Tommy sapaan akrabnya, memilih Rumah Tahfizh Putra Kepanjen Malang untuk menyelesaikan hafalan 30 juz.

Perjalanan menghafal Al-Qur’an yang dirasakan Tommy sangatlah berat. Sejak dirinya masih TK, orang tua Tommy sudah berpisah. Hingga kini, Tommy masih tinggal bersama bersama kedua saudara dan Ibunya di Perumahan IKIP Tegalgondo, Kecamatan Karangploso Malang.

Semasa SMA, Tommy sempat hampir putus cita-cita menghafalkan Al-Qur’an karena ibunya berat hati dan kondisi ekonomi keluarganya menurun. Berbagai macam upaya dikerahkan ibunya, Ira Kusumawati (45) untuk mencari nafkah, mulai dari berjualan makanan ringan, kerja serabutan hingga ngojek bertahun-tahun.

Beban hidup keluarga ditanggung penuh sang ibu dengan motor tua nya. Ibu Ira setiap hari siaga dan menerima telepon pelanggan dari pukul 08.00 WIB hingga menjelang Maghrib. Situasi itu membuat Tommy ingin berhenti menghafal dan membantu ibunya saja. Namun setelah mendapatkan motivasi dari Ustaz Nazili yang merupakan Asaatidz PPPA Daarul Quran Malang akhirnya Ibu Ira memberikan restunya agar Tommy kembali melanjutkan menghafal Al-Qur’an.

Demi meraih cita-citanya menjadi penghafal Al-Qur’an. Uang saku Tommy selama SMA di tabung agar meringankan beban ibunya. Kesungguhannya membuahkan hasil manis, tepat kelas 2 SMA ia telah khatam menghafal 30 juz di Rumah Tahfizh Putera Kepanjen. Kemudian Tommy mendaftar kuliah dan diterima di UIN Maliki Malang mengambil Jurusan Perbankan Syariah.

“Setelah momet sulit hampir putus asa menghafalkan Al-Qur’an, Alhamdulillah sekarang saya merasakan keberkahan saat ini, bahkan juga mendapat Beasiswa Tahfizh Quran (BTQ) for Leaders dari PPPA Daarul Qur’an. Saya bisa mengejar impian saya untuk menjadi pengusaha dan motivator,” ujar Tommy sambil tersipu malu.

Tommy tumbuh menjadi pemuda yang mandiri dan bermanfaat. Sejak kuliah sampai menginjak semester tiga, ia mulai usaha kecil-kecilan jualan pulsa dan nasi kuning. Selama sebulan Tommy bisa menghasilkan uang Rp800 ribu untuk biaya hidupnya sehari-hari.

Tak sampai disitu, Tommy dipercaya menjadi Duta Islamic Banking di kampusnya. Ia juga menjadi asisten Laboratorium Micro Banking dan dipercaya teman-teman kelasnya menjadi guru saat mereka kesulitan dengan materi kuliah. Tak lupa, Tommy tetap mengutamakan Al-Qur’an, ia tetap ikuti organiasasi Hai’ad Tahfidz Qur’an (HTQ) untuk mendukung kegiatan tahfizhul Qur’an bagi generasi muda.

Hal yang sama juga dilingkungan masyarakat sekitar derah tempat tinggalnya. Tommy mengajar TPQ Al-Hidayah di Musholla Al-Ishlah. Ada sekitar 10 santri yang mulai belajar Iqra’. Ia pun aktif menjadi pengurus musala.

MasyaAllah, kehadiran Tommy benar-benar membawa berkah bagi lingkungan sekitarnya. Tentu saja dukungan BTQ for Leaders adalah ikhtiar PPPA Daarul Quran untuk mencetak generasi-generasi muda penghafal Al-Qur’an yang berprestasi dan bermanfaat bagi lingkungannya seperti Tommy. Semoga Tommy istiqomah dalam kebaikan, Aamiin.