Hari Istimewa Mbah Boinem dan Kawan-kawan Lansianya di Rumah Tahfizh Sabilunajah 

Asap mengepul sejak subuh, tangan keriput Mbah Boinem mengaduk sayur pare, jantung pisang, juga sayuran lainnya di dapur Rumah Tahfizh Sabilunajah Yogyakarta. putaran adukannya pelan, beberapa tangan dan langkah pelan lainnya ikut membantu agar sajian masakan istimewa pada hari istimewa Mbah Boinem dan puluhan lansia lainnya segera siap terhidang di meja panjang dan besar. Kiranya, penuh meja panjang dan besar tempat masakan istimewa itu adalah bentuk syukur dan terimakasih Mbah Boinem menyambut perhelatan acara untuk dirinya dan kawan-kawan sebayanya hari itu.

Hari Istimewa Mbah Boinem dan Kawan-kawan Lansianya di Rumah Tahfizh Sabilunajah 
Hari Istimewa Mbah Boinem dan Kawan-kawan Lansianya di Rumah Tahfizh Sabilunajah 
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Asap mengepul sejak subuh, tangan keriput Mbah Boinem mengaduk sayur pare, jantung pisang, juga sayuran lainnya di dapur Rumah Tahfizh Sabilunajah Yogyakarta. putaran adukannya pelan, beberapa tangan dan langkah pelan lainnya ikut membantu agar sajian masakan istimewa pada hari istimewa Mbah Boinem dan puluhan lansia lainnya segera siap terhidang di meja panjang dan besar. Kiranya, penuh meja panjang dan besar tempat masakan istimewa itu adalah bentuk syukur dan terimakasih Mbah Boinem menyambut perhelatan acara untuk dirinya dan kawan-kawan sebayanya hari itu.

Pagi menjelang, Ahad (18/12), tepat pukul sembilan pagi, banyak langkah kaki menuju lokasi helatan Mbah Boinem dan kawan-kawannya untuk merayakan hari indah. Rumah Tahfizh Sabilunajah ramai dikunjungi tamu undangan, mulai dari Kapolsek Bantul, Pejabat desa setempat, serta tamu undangan wali santri, juga ketiga pengajar di Rumah Tahfizh Sabilunajah. Sementara dari dalam Mah Boinem dan kawan-kawan lansianya ramai di kamar merias diri dengan baju dan topi toga. Di depan cermin beberapa saling hadap, Mbah Boinem dan kawan-kawannya saling merapikan dan membenahi baju toga. Mereka ingin terlihat sempurna pada hari istimewa di usianya yang memang tak lagi muda.

Hari ini rupanya adalah perayaan besar Mbah Boinem dan dua puluh delapan kakek nenek lainnya. Keluar dari kamar rias berwibawa dengan toga, mereka berbaris rapi berjalan pelan ke podium untuk mengikuti prosesi wisuda, langkah pelannya diiringi oleh alunan sholawat menghantarkan para kakek nenek ini menuju podium Wisuda Tahfizh di Sabilunajah. Bahagia menyeruak saat Mbah Boinem mulai memasuki podium, kebanggaan Mbah Boinem pada usia delapan puluh tahunnya hari ini setelah sekian waktu ikhtiarnya merawat Al-Qur’an di Sabilunajah.

Ada juga Mbah Parjo, usianya delapan puluh tujuh tahun, satu-satunya santri kakung pada Wisuda Tahfizh Angkatan ketiga ini dengan suka cita menghadiri dan mengikuti prosesi wisuda, berbaris di antara santri simbah putri, Mbah Parjo diantar dan disaksikan oleh anak dan cucunya pagi itu. 

Satu per satu nama santri dipanggil menuju podium untuk melakukan rangkaian  prosesi wisuda, Ustadz Joko Wahono pun khidmat memindahkan tali toga, Ustadz Nur Huda dari PPPA Daarul Qur’an Perwakilan Yogyakarta menyerahkan samir dan piagam capaian prestasi hafalan Al-Qur’an Mbah Boinem, Mbah Parjo, juga santri-santri lansia lainnya.  

Kemeriahan Wisuda Santri lansia tak lekas berhenti setelah tali toga berpindah. Para wisudawati dan wisudawan lalu berbaris rapi di atas panggung. Ustadzah Nur pun memandu para santri untuk menyerukan seruan Rumah Tahfizh Sabilunajah. Dilanjutkan dengan membaca doa sehari-hari mulai dari doa masuk masjid hingga doa setelah wudhu, para santri dengan semangat mengikuti instruksi dari Ustadzah Nur untuk melantunkan surat An-Naba. MasyaAllah.

Seluruh rangkaian wisuda berjalan dengan haru dan khidmat di Rumah Tahfizh Lansia Sabilunajah. “Saya haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung berjalannya Wisuda Rumah Tahfizh Sabilunajah, visi dari rumah Tahfizh ini adalah menuju khusnul khotimah bersama. Kami sangat bangga kepada simbah-simbah yang tetap bersemangat untuk tetap mengaji di usianya, perubahan santri mulai dari yang tidak bisa bacaaan sholat hingga kini sudah bisa melaksanakan sholat munfarid sholat, yang tidak tahu huruf hijaiyah hingga kini bisa menghafal bahkan beserta artinya,” tutur pengasuh Rumah Tahfidz Sabilunnajah, Ustadz Joko Wahono.

Sebelumnya, Mbah Boinem, Mbah Parjo dan kawan-kawan ngajinya di Sabilunajah mengikuti Wisuda Akbar 10 Indonesia Menghafal Qur’an (IMQ) Wilayah Yogyakarta di Masjid Agung Sleman pada 22 Oktober 2022 lalu. Ustadzah Nur dan Ustadz Joko pun mengisahkan bagaimana Mbah Boinem dan kawan-kawannya menggunakan waktu sore hingga malam harinya. Saban waktu, menjelang maghrib seluruh santri Rumah Tahfizh lansia Sabilunnajah memenuhi pendopo tempat belajar dan mengaji. Seperti biasa, seluruh santri langsung membentuk sekitar 6 lingkaran yang berisikan 5-6 santri.

Dengan nada khas simbah-simbah, seluruh santri melafalkan beberapa surat pendek sampai dekat dengan waktu adzan maghrib berkumandang. Sebelum istirahat dan pelaksanaan sholat maghrib, dipimpin oleh Ustadzah Nur seluruh santri dengan lantang menyuarakan jargon khas Rumah Tahfizh Sabilunnajah yaitu pikir, dzikir, ikhtiar. Seluruh santri juga dibiasakan untuk dapat sholat tepat waktu dan melaksanakan sholat rawatib. Dzikir setelah sholat isya juga selalu dilantunkan secara bersama-sama, terkadang dilantunkan hingga sampai jam setengah sembilan malam, dan melanjutkan kembali mengajinya.

Inilah perjalanan hari-hari Mbah Boinem, Mbah Parjo, juga para santri lansia lainnya di Rumah Tahfizh Sabilunajah Yogyakarta hingga waktu menuju panggung Wisuda Tahfizh tiba. Banyak harap untuk para santri lansia agar panjang usia dan tetap menghadiri panggung-panggung wisuda tahfizh selanjutnya. Dukung Mbah Boinem, Mbah Parjo dan santri lansia lainnya dengan sedekah terbaik Anda. Klik di sini untuk berdonasi!