Ikhtiar Saudri Memberikan Mahkota untuk Orang Tua

Ikhtiar Saudri Memberikan Mahkota untuk Orang Tua
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Muhammad Saudri Nujumun Sitepu, pemuda asal Medan ini tengah berikhtiar mengkhatamkan hafalan Qur’annya hingga 30 juz. Sejak umur satu tahun, ia telah ditinggal sang ayah yang berpulang 20 tahun silam. Hanya sang ibu yang selalu menjadi panutannya sejak ia kecil. Karenanya ia berharap bisa menghadiahkan hafalan Qur’an untuk ibunya dan almarhum sang ayah.

Berbagai cara ia tempuh untuk bisa mewujudkan cita-citanya memberikan mahkota kepada orang tuanya itu. Saudri merasa ia belum mampu membahagiakan ayah dan ibunya. Ia bersyukur lantaran baik sang ibu maupun dua saudara laki-lakinya sangat mendukung Saudri untuk fokus dalam dakwah tahfidzul Qur’an.

Untuk mencapai impiannya itu, Saudri rela bertolak dari Medan ke Surabaya untuk kuliah jurusan Tahfidzul Qur’an dan menghafal Qur’an. Setelah kuliah dan mengabdi di salah satu pesantren di Jawa Timur ia berhasil menyetorkan hafalan sebanyak 20 juz. Kini ia pun telah pulang ke kampungnya dan melanjutkan hafalan Qur’annya bersama PPPA Daarul Qur’an Medan.

“Alhamdulillah dalam tempo lima bulan sudah berhasil menyetorkan kembali hafalan lamanya sebanyak 20 juz beserta 9 juz hafalan baru. Jumlah keseluruhan sebanyak 29 sudah saudri menyetorkan hafalannya,” ujar Pimpinan PPPA Daarul Qur’an Medan, Faisal Azhar Harahap. Faisal mengaku begitu kagum dengan semangat Saudri menghafal.

Saudri pun berbagi cerita tentang caranya menghafal Al-Qur’an dan motivasi saat malas medera.  “Dalam proses menghafal, kita harus cari motivasinya sendiri. Motivasi untuk bisa bertahan dan semangat mencapainya.  Carilah api kecil untuk menyemangati kita dalam mengahafal,” tutur Saudri mengingat pesan sang guru.

Namun motivasi terdalam Saudri, tak lain adalah orang tuanya. “Saya merasa bahwa selama ini tak banyak yang saya berikan untuk orang tua. Semoga saya bisa menghadiahkan mahkota dan jubah kemuliaan pada mereka di akhirat kelak sebab hafalan Qur’an saya,” tutur Saudri yang mengaku terus meluruskan niat setiap harinya agar bisa istikamah menghafal Al-Qur’an.

Bakda Subuh menjadi waktu favoritnya menambah hafalan baru. Hal itu lantaran ia mengingat sabda Rasulullah SAW bahwa pagi adalah waktu yang berkah. Ditambah sejumlah penelitian dari berbagai sumber menyatakan pagi hari adalah waktu paling efektif untuk menghafal. Sedangkan untuk murojaah hafalan, ia memilih waktu Zuhur dan Asar serta waktu-waktu senggang lainnya.

“Terus bedoa sama Allah minta dikuatkan. Kalau bisa mintanya sambil menangis. Dipegang kuat-kuat Al-Qur’annya, jangan sampai hilang. Kita cari hafalannya dalam kurun waktu yang lama, sedang menghilangkannya hanya sebentar saja. Jagalah Al-Qur’an seperti kita menjaga diri kita sendiri,” ucap Saudri. (ade/ara)