Setiap Nafas Adalah Takdir, Hikmah ke-22 Kitab Al-Hikam
Selama nafas masih diberikan, berarti Allah masih membuka pintu-pintu kebaikan untuk kita. Dan ketika nafas itu diambil, itulah saat takdir terakhir di dunia telah tiba.
Dalam kesibukan hidup sehari-hari, manusia sering kali merasa bahwa dirinya memegang kendali penuh atas segala sesuatu. Kita menyusun rencana dengan rinci, menentukan target dengan ambisi, dan berharap segala sesuatu terjadi sesuai keinginan. Namun, Hikmah ke-22 dalam Kitab Al-Hikam mengingatkan kita pada sebuah kenyataan agung bahwa setiap helaan nafas yang keluar dan masuk dalam tubuh kita adalah takdir yang telah dicatat oleh Allah sejak lama.
Hikmah ini bukan sekadar kalimat indah untuk direnungi, tetapi sebuah jendela untuk melihat ulang seluruh perjalanan hidup dari kacamata yang jauh lebih dalam. Ia mengajak kita memahami bahwa keberadaan manusia di dunia berada dalam cakupan takdir ilahi yang sempurna, teliti, dan tidak pernah meleset.
Ketika seseorang bangun di pagi hari, sering kali ia langsung disibukkan oleh rencana-rencana yang harus dijalankan. Namun, jarang sekali kita menyadari bahwa sebelum menjalankan apa pun, kita telah menerima hadiah terbesar adalah nafas.
Dan dalam setiap tarikan nafas itu, Allah menghadirkan kehidupan. Tidak ada satu pun di antara kita yang dapat memastikan bahwa ia akan mampu mengambil nafas berikutnya semuanya adalah keputusan Allah yang diturunkan setiap detiknya kepada hamba-Nya.
Hikmah ke-22 mengajak kita menundukkan hati. Jika nafas saja bukan milik kita, bagaimana mungkin kita merasa bahwa hidup sepenuhnya berada di bawah kendali kita?
Ibn Atha’illah As-Sakandari menyampaikan bahwa takdir berjalan dalam setiap gerak dan diam manusia. Bahkan sesuatu yang tampak paling kecil seperti nafas yang tak terdengar telah ditentukan oleh Allah dengan sempurna.
Dalam kehidupan, ada masa di mana manusia merasa kuat, percaya diri, dan menganggap keberhasilannya adalah buah usahanya sendiri. Namun ada waktunya pula ia jatuh, kehilangan arah, dan merasa rapuh. Pada momen seperti itulah, hikmah ini menjadi peluk hangat bagi jiwa yang lelah:
“Apa pun yang terjadi dalam hidupmu, telah Allah tetapkan dengan ilmu dan kasih sayang-Nya.”
Takdir bukan sesuatu yang menakutkan. Ia adalah bukti bahwa kehidupan kita dijaga oleh Zat yang Maha Mengetahui kebutuhan hamba-hamba-Nya.
Hikmah ini tidak memerintahkan manusia untuk berhenti berusaha. Sebaliknya, ia mengajarkan tartibul qalb penataan hati antara ikhtiar dan tawakal.
Manusia tetap diperintahkan untuk berjalan, merencanakan, dan berupaya. Namun, hati harus selalu menyadari bahwa hasilnya berada di tangan Allah, bukan kemampuan manusia. Ketika usaha disertai kesadaran akan takdir, hati menjadi lebih tenang. Tidak sombong saat berhasil. Tidak hancur saat gagal.
Pasrah bukan berarti menyerah. Pasrah adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya:
usaha di tangan, hasil di tangan Allah.
Siapa pun yang merenungkan hikmah ini akan mulai memandang hidup dengan cara berbeda. Ia tidak lagi tergesa. Tidak mudah stres menghadapi sesuatu yang tidak sesuai rencana. Ia memahami bahwa setiap kejadiankecil atau besar telah tertulis dan akan datang tepat pada waktunya.
Hikmah ini mengajak kita melatih kesadaran batin:
-
bahwa Allah selalu dekat,
-
bahwa Allah yang memberi kemampuan untuk bernafas,
-
dan bahwa hidup kita sepenuhnya berada dalam penjagaan-Nya.
Dengan kesadaran ini, manusia akan lebih mudah menerima keadaan, lebih lembut dalam bersikap, dan lebih kuat menghadapi ujian.
Pada akhirnya, Hikmah ke-22 Kitab Al-Hikam bukan hanya bahan renungan, tetapi kompas bagi jiwa yang sedang belajar memahami takdir. Setiap nafas adalah tanda cinta dari Allah—tanda bahwa kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, mendekat kepada-Nya, dan menjadi hamba yang lebih taat.
Selama nafas masih diberikan, berarti Allah masih membuka pintu-pintu kebaikan untuk kita.
Dan ketika nafas itu diambil, itulah saat takdir terakhir di dunia telah tiba.
Semoga kita termasuk hamba yang mensyukuri setiap hembusan nafas dan memaknainya sebagai bentuk kasih sayang Allah yang tiada henti.






