Kisah Dalisah, Janda 2 Anak yang Hidupi Keluarga dari Jualan Galon
Galon-galon isi ulang berjumlah delapan buah itu dinaikkan ke sepeda motor. Satu persatu Dalisah (36) mengambilnya dari ruang tamu ke teras seraya menggendong anak bungsunya yang masih berusia 3 tahun. Dalisah adalah ibu paruh baya yang sudah setahun ini menjadi orang tua tunggal bagi anak-anaknya, Ricka Rahmawanti yang berusia 11 tahun dan Cantika, si bungsu.
Menjadi orangtua tunggal tentu bukanlah hal yang mudah, selain harus banting tulang mencari nafkah sendiri, suasana hati dan perasaan acapkali menggerogoti kekuatan psikisnya. Tragedi tragis pada 2020 silam menyisakan luka mendalam saat suaminya meninggal dunia.
Tepat sepulang dari makan bersama lalu suaminya pamit sebentar namun tak kunjung kembali pulang. Waktu itu Dalisah sangat harap-harap cemas, sudah jam 11 suaminya tak kunjung pulang. Hingga berita duka menghampiri pada esok harinya.
Peristiwa itu terus membayang-bayanginya hingga detik ini. Keadaan amat sulit yang telah dilaluinya telah menyisakan luka batin yang amat sangat, terlebih berselang 4 tahun sejak kematian suaminya pada 2017 lalu, kabar duka kembali menyelimutinya. Ibu kandung yang terus menguatkan hidupnya pasca kepergian suaminya juga menyusul almarhum suaminya.
Sebenarnya dulu ia berjualan dawet di tempat tinggalnya di Kecamatan Bayat, Klaten.Tapi berhenti sejak suaminya wafat. Yang menjadi lebih menyedihkan bagi dirinya adalah anak bungsunya yang lahir tanpa melihat wajah ayahnya.
“Dulu saya mengandung itu saya belum sempat memberitahu suami, rencananya habis pulang makan itu mau ngasih tahu,” ujar Dalisa sesenggukan tak sanggup menahan tangis. “Si bungsu, Cantika itu tidak tahu wajah ayahnya, cuma bisa lihat di foto,” lanjutnya.
Jatuh bangun Dalisah mencoba menghidupi keluarganya. Dari galon-galon itulah kini sumber pendapatannya. Untungnya jelas tidak seberapa hanya 2 ribu rupah per galon. Dalam sehari ia hanya bisa mengantar tiga hingga lima galon.
“Anak-anak harus bisa hidup normal seperti anak-anak lain, mereka harus sekolah karena oranguanya tidak sekolah,” ungkapnya.
Kini motivasinya untuk melanjutkan hidup hanyalah kedua anaknya. “Kalau saya nggak kuat gimana dengan anak-anak,” imbuhnya.
Anak pertamanya, Rachma masih duduk di kelas 6 MI, ia adalah gadis kecil yang cukup pendiam, namun di balik pendiamnya, Rachma pernah ikut wisuda Tahfidz Nasional kategori Juz 30 pada 2018 yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM.
Si sulung ingin menjadi dokter. Dengan sekuat tenaga, Dalisah ingin mewujudkan cita-cita anaknya itu. Ia berharap agar Allah menguatkannya dan dapat berperan sebagai ibu dan ayah bagi anak-anaknya dengan baik. []
Oleh: Umi Nurcahyati, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta