Kisah Haru di Balik Gempa Cianjur 2022: Harapan Baru di Tengah Kehancuran
Gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo yang mengguncang Cianjur pada 21 November 2022 lalu menjadi mimpi buruk yang membekas di hati ribuan warga. Dalam sekejap, gempa ini merenggut 334 jiwa, merobohkan 54 ribu rumah, dan memaksa lebih dari 114 ribu orang meninggalkan tempat tinggal mereka dan mengungsi.
Bagi para penyintas, kehidupan di tenda-tenda pengungsian selama berbulan-bulan bukanlah hal yang mudah. Kekurangan fasilitas dasar menjadi tantangan besar.
Tiga bulan berlalu sejak bencana itu terjadi. Beberapa warga mulai kembali ke rumah mereka, meski kerusakan masih terlihat di sana-sini. Namun, tak sedikit juga yang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian.
Krisis air bersih menjadi tantangan terbesar yang harus dihadapi warga terdampak. Sumur-sumur yang biasa menjadi sumber utama air mengering akibat gempa. Untuk bertahan, warga terpaksa menggunakan air got aliran dari sawah yang kualitasnya jauh dari layak.
Air got ini berasal dari genangan air yang dialirkan ke sawah, lalu diteruskan ke selokan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan, air ini telah terkontaminasi oleh pupuk dan bahan kimia lainnya.
"Kadang kami sampai beberapa hari tidak mandi. Kalau mandi, airnya sering keruh dan bikin gatal-gatal," ungkap seorang ibu dengan nada getir. Kondisi ini berdampak pada kesehatan. Gatal-gatal dan masalah kulit menjadi keluhan sehari-hari.
Krisis ini menjadi panggilan bagi banyak pihak untuk bergerak. PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan Laznas PPPA Daarul Qur’an mengambil langkah nyata dengan meluncurkan program pembangunan sumur air bersih dan fasilitas sanitasi di empat titik di Kecamatan Cugenang: Kampung Jegung, Desa Benjot; Kampung Angkrong, Desa Telaga; Kampung Garung, Desa Cirumput; dan Kampung Kemang, Desa Sukajaya.
Harapan baru itu akhirnya terwujud. Dalam waktu dua bulan, proyek ini selesai dan diresmikan pada Selasa (26/11). Di tengah tepuk tangan dan senyum bahagia warga, bantuan air bersih ini menjadi anugerah yang telah lama dinantikan.
Esi Sukaesi, lansia warga Kampung Angkrong, tak mampu menyembunyikan rasa syukurnya. "Hati saya senang sekali, karena air itu nomor satu bagi kita," ucapnya dengan senyum penuh haru. Baginya, air bersih bukan hanya soal kebutuhan, tapi juga simbol harapan akan hidup yang lebih baik.
Kini, kehidupan warga perlahan kembali berjalan. Sumur air bersih bukan hanya menjadi solusi praktis, tetapi juga simbol harapan. Di setiap tetesan air, ada janji kehidupan yang lebih baik.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa di tengah luka bencana, selalu ada ruang untuk harapan, kebaikan, dan kebersamaan. Sebagai bangsa yang penuh kepedulian, kita diajak untuk tidak hanya berhenti pada rasa iba, tetapi juga melangkah untuk membantu. Karena setiap tetesan air bersih adalah simbol harapan, dan setiap harapan adalah langkah menuju kehidupan yang lebih baik.
Mari terus bergandengan tangan untuk membangun kembali Cianjur, karena setiap aksi kebaikan, sekecil apapun, bisa menjadi harapan baru bagi warga terdampak. (ara)
Penulis : Herlin Agustini