Evaluasi Program Beasiswa Kader Hafidz Kota Yogyakarta

Evaluasi penerima Beasiswa Kader Hafidz BAZNAS Kota Yogyakarta kembali digelar untuk pertama kalinya di tahun 2025. Program kolaborasi PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta bersama BAZNAS Kota Yogyakarta ini telah berjalan 3 tahun. Kini, sudah ada 3 angkatan dengan total 75 santri yang tersebar di jenjang SD, SMP, dan SMA se-Kota Yogyakarta.
Evaluasi program yang berlangsung dari tanggal 23-25 Juli 2025 ini bagian dari strategi monitoring perkembangan progres santri. Terlepas dari mengukur perkembangan dan ketercapaian santri, evaluasi ini juga memantau peran dan kontribusi orang tua dalam mendampingi anaknya selaku penerima beasiswa. Manajemen waktu antara kepadatan aktivitas dan alokasi jadwal menghafal menjadi tanggung jawab orang tua secara penuh. Mengingat, Beasiswa Kader Hafidz ini tidak hanya komitmen satu pihak, yakni BAZNAS Kota Yogyakarta selaku pemilik program, melainkan juga orang tua dalam melahirkan generasi qur’ani yang dapat berkiprah positif di lingkungan masyarakat.
Perbedaan konsep jadwal evaluasi semester I 2025 dengan periode sebelumnya ini menjadi strategi untuk mengukur komitmen dan kesungguhan orang tua dan santri penerima beasiswa. Kesungguhan ini dibuktikan dengan kesiapan dan kesediaan untuk meluangkan waktu di tengah serangkaian aktivitas yang telah terjadwal.
Selain konsep, perbedaan lain juga dari sisi target perkembangan hafalan, yakni ½ juz dalam satu bulan atau 3 juz dalam satu semester. Target ini lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya ½ juz yang ditasmi’kan dalam satu semester. Namun, rerata capaian santri per semester I 2025 masih di angka 1-2 juz dari seluruh angkatan. Sekitar 11 santri berhasil mencapai 5-10 juz, satu santri 15 juz, bahkan ada yang telah berhasil menuntaskan 30 juz. Oleh karena itu, perubahan target ini juga berdampak pada mekanisme evaluasi hafalan, dari yang sebelumnya tasmi’ (memperdengarkan hafalan secara penuh), menjadi sambung ayat sebanyak 5 soal dari target perkembangan hafalan atau seluruh capaian bagi yang belum memenuhi target.
Kedua, adanya eliminasi para santri yang tidak menunjukkan progres dan perkembangan yang signifikan. Tentu, jika ditarik mundur, ada beberapa faktor yang menjadi evaluasi penyebab stagnasi progres ini, seperti kurangnya dukungan dan monitoring orang tua, manajemen waktu dan prioritas yang kurang untuk jadwal menghafal, dan lainnya.
PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta sebagai mitra strategis BAZNAS Kota Yogyakarta, memegang kendali dalam ranah monitoring dan evaluasi program yang menjadi bahan pengambilan keputusan. Pada akhirnya, penjagaan mutu penerima beasiswa juga menjadi amanah yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, evaluasi semester ini sekaligus momentum refleksi PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta sebagai pelaksana program. Bagaimana sistem evaluasi yang tepat sehingga dapat menjadi dasar pihak BAZNAS Kota Yogyakarta dalam menentukan para santri yang berhak mendapat keberlanjutan beasiswa dan tidak. Lebih jauh lagi, yang menjadi PR besar adalah bagaimana membangun sistem monitoring yang juga mendorong para santri penerima beasiswa untuk berdampak di lingkungan setempat melalui target aktivitas berbasis sosial keagamaan.