Beradab dengan Pilihan Allah: Hikmah ke-19 Kitab Al-Hikam

“Apa pun yang ditetapkan Allah untukmu, yakinlah itulah yang terbaik. Tugasmu hanya bersabar, berprasangka baik, dan terus berjalan dalam iman.”

Beradab dengan Pilihan Allah: Hikmah ke-19 Kitab Al-Hikam

Dalam hidup ini, sering kali kita mendambakan sesuatu—rezeki yang lebih luas, jodoh yang terbaik, atau kondisi hidup yang ideal. Namun tidak jarang pula, realita tak selalu sesuai ekspektasi. Lalu, bagaimana kita bersikap saat harapan tak terwujud? Di sinilah letak keindahan Hikmah ke-19 dalam Kitab Al-Hikam karya Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari:

"Janganlah keinginanmu untuk mendapatkan sesuatu yang belum Allah berikan membuatmu kehilangan adab terhadap apa yang telah Allah pilihkan untukmu."

Ibnu ‘Athaillah mengajarkan bahwa beradab terhadap Allah adalah bentuk tertinggi dari kedewasaan iman. Ketika kita memaksakan kehendak, merajuk karena tidak diberi, atau berburuk sangka pada takdir—tanpa sadar kita sedang melanggar adab kepada Dzat yang Maha Tahu segalanya.

Beradab artinya ridha, menerima, dan tenang dalam keputusan Allah, bahkan saat hati belum mengerti alasan di baliknya.

Mengapa Harus Beradab dengan Pilihan Allah?

  1. Karena Allah Maha Tahu, Kita Tidak
    “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu...” (QS. Al-Baqarah: 216)
    Allah tahu jalan terbaik yang terkadang tersembunyi di balik ujian dan penolakan.

  2. Agar Hati Tidak Gelisah
    Orang yang selalu menolak takdir akan hidup dalam keresahan. Tapi yang beradab dengan keputusan Allah, hatinya tenang dan damai.

  3. Menjaga Keimanan dan Ketaatan
    Beradab bukan pasrah buta, tapi ikhtiar sepenuh hati dan menerima hasil dengan penuh iman. 

Saat Nabi Yusuf dilempar ke sumur, dijual sebagai budak, dan dipenjara—mungkin orang mengira hidupnya hancur. Tapi ia tidak marah pada takdir Allah. Ia bersabar, menjaga adab, hingga Allah memuliakannya jadi penguasa Mesir.

Itulah buah dari beradab dengan takdir: kemuliaan datang pada waktu terbaik.

Kita boleh punya rencana dan impian. Tapi saat kenyataan berkata lain, tetaplah menjaga adab kepada Sang Maha Penentu. Mungkin bukan yang kita inginkan, tapi pasti yang kita butuhkan.

“Apa pun yang ditetapkan Allah untukmu, yakinlah itulah yang terbaik. Tugasmu hanya bersabar, berprasangka baik, dan terus berjalan dalam iman.”