Antara Flexing dan Tahaddus Bin Ni'mah
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.” (QS. Adh-Dhuha: 11)

Di era media sosial, membagikan pencapaian atau harta benda sering dianggap lumrah. Namun, apakah semua itu merupakan bentuk syukur (tahaddus bin ni'mah)? Atau justru termasuk perbuatan flexing yang dilarang dalam Islam? Memahami batas di antara keduanya penting agar kita tak terjebak dalam pamer yang menyakiti hati orang lain.
Makna Tahaddus Bin Ni'mah
Istilah tahaddus bin ni'mah berasal dari firman Allah SWT dalam Surah Adh-Dhuha ayat 11:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.” (QS. Adh-Dhuha: 11)
Para ulama menafsirkan ayat ini sebagai perintah untuk menyampaikan nikmat Allah dengan tujuan bersyukur, menginspirasi, dan menguatkan keimanan orang lain. Tahaddus bin ni'mah adalah ekspresi syukur yang tulus, bukan ajang pamer.
Contohnya: menceritakan perjuangan meraih beasiswa untuk memotivasi orang lain, atau membagikan kabar gembira kesembuhan dari penyakit sebagai wujud syukur kepada Allah.
Apa Itu Flexing?
Flexing adalah istilah kekinian untuk menunjukkan kekayaan, pencapaian, atau gaya hidup mewah secara berlebihan seringkali disertai niat membanggakan diri. Hal ini dapat melukai hati orang lain, menimbulkan iri, bahkan menjadi pintu kesombongan.
Dalam Islam, sikap sombong dan pamer dikecam keras. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Cara Aman Menyikapi Nikmat
-
Periksa Niat Sebelum Membagikan
Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini akan membawa manfaat atau hanya ingin dipuji?” -
Gunakan Bahasa yang Merendah
Hindari kata-kata yang memicu perbandingan atau menyudutkan orang lain. -
Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Ceritakan perjuangan dan doa yang menyertai keberhasilan, bukan hanya keberhasilannya. -
Jangan Lupakan Doa
Tutuplah kisah nikmat dengan doa seperti: “Semoga Allah memberikan yang terbaik juga untuk teman-teman semua.”
Syukur Tak Harus Selalu Terlihat
Allah mencintai hamba-Nya yang bersyukur, namun bukan berarti semua harus diumbar. Sebagian syukur cukup disimpan dalam sujud, sebagian lagi boleh diceritakan jika niatnya benar dan caranya tepat. Jangan sampai kita menyebut-nyebut nikmat, tapi lupa bahwa niat menentukan nilai di sisi-Nya.
“Barang siapa yang merendah karena Allah, maka Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)