Kisah Kr. Ngai, Korban Banjir Bandang yang Rela Kehilangan Harta Kecuali Kain Kafannya Sendiri
Namanya Kr. Ngai, usianya saat ini sudah 92 tahun. Ia hidup sebatang kara di sebuah rumah yang terletak di T.A Gani 1 Be'lang, Kelurahan Bonto Sunggu, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang merupakan salah satu lokasi terparah banjir bandang pada Jum'at (12/6) lalu.
Dirinya sudah terbiasa hidup sendiri tanpa kehadiran keluarga. Mengingat, suami dan ketiga anaknya sudah lebih dulu menghadap Sang Khaliq, sehingga ia harus bekerja keras menghidupi dirinya sendiri.
Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Bantaeng dua pekan lalu membuat rumahnya hancur. Hujan deras yang terus mengguyur daerah ini membuat air sungai meluap sehingga dinding Bendungan Cekdam rubuh.
Akibatnya, debit air terus bertambah hingga setinggi dua meter. Dalam hitungan menit, air muntahan sungai langsung merendam rumah-rumah warga yang berada di bantaran sungai, termasuk rumah Kr. Ngai.
Saat kejadian, Ia berada di dalam rumah hingga hampir terseret karena arus air yang cukup deras. "Waktu banjir saya di dalam rumah, kemudian Ati, tetangga, sudah memanggil saya dari luar, tapi saya menghiraukan karena ingin menyelamatkan tas yang berisi pakaian," ujarnya.
Kemudian tetangganya itu berteriak agar ia segera lari jika tidak ingin hanyut. Pakaian bisa diganti, tapi nyawa tidak. "Sayapun langsung bergegas hingga hampir terbawa arus karena air sudah naik hingga setinggi dada," ungkapnya
Setelah diketahui, tas yang ingin diselamatkan Kr. Ngai ternyata bukan hanya berisi pakaian saja, tapi juga kain kafan. Ia mengungkapkan bahwa kain kafan itu sudah disiapkan dari jauh-jauh hari dan akan dijadikan pakaian terakhirnya ketika meninggal dunia.
"Kain kafan ini sengaja saya simpan dan akan saya gunakan ketika meninggal dunia," tambahnya.
Sehari pasca banjir bandang, Kr. Ngai kemudian kembali ke rumahnya untuk mencari tas tersebut. Harta boleh hilang, namun tidak dengan kain kafan. Sebab, ia tak ingin merepotkan orang-orang ketika meninggal dunia.
"Kr. Ngai mengajarkan kita bahwa harta tidak akan kekal, semua hanya titipan Allah. Nyawapun adalah titipan, yang kelak kita semua akan kembali kepadaNya. Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran atas apa yang menimpa Kr. Ngai sehingga bisa membuat kita sabar, ikhlas, dan terus berserah diri kepada Allah. Aamiin," ujar Kepala Cabang PPPA Daarul Qur'an Makassar, Andi Kurniawan, dalam tugasnya mendampingi korban. []