Kisah Ustadzah Teti, Sempat Dianggap Sesat Sampai Punya Banyak Santri

Kisah Ustadzah Teti, Sempat Dianggap Sesat Sampai Punya Banyak Santri
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Ustadzah Teti Haryati (44) adalah salah satu pejuang Qur’an di Kota Kembang. Bagaimana tidak, ia sempat disangka sesaat saat memulai dakwahnya. Belum lagi saat ia mencoba merubah kebiasaan warga yang gemar melakukan sambung ayam atau adu ayam yang jelas-jelas dilarang dalam Islam.

Hal itu diungkapkan Ustadzah Teti sapaan akrabnya, dalam acara Khataman Al-Qur’an dan Buka Bersama di Rumah Tahfidz As-Salam Cimahi, Bandung, Kamis (31/10). Sebanyak 30 orang santri mengikuti kegiatan di khataman dan buka bersama tersebut.

Ditengah-tengah kegiatan, Ustadzah Teti menceritakan kisahnya selama mengurus Rumah Tahfizh As-Salam. Tahun 2012 adalah tahun pertama Rumah Tahfidz As-Salam berdiri di Jalan Sirnarasa, Kelurahan Cibabat, Cimahi.  Awal pindah ke daerah tersebut, ia cukup terkejut dengan suasana di sana.

"Ternyata di warga di sini membiarkan anak-anak kecil nonton sambung ayam, dibiarin aja karena orang tuanya berjajar pada sambung ayam. Waktu saya pindah ke sini saya punya anak kecil gimana caranya anak saya tidak terbawa arus, dan saya harus bisa bawa perubahan ke yang lebih baik," ujarnya.

Ujian demi ujian dilalui Ustadzah Teti selama mendirikan Rumah Tahfizh As-Salam, mulai dari kecaman para warga, hingga hampir ditangkap pihak berwajib. Bahkan ia sempat berpikir kembali ke kampungnya di Tasikmalaya, namun ia mengurungkan niat saat mendengar ungkapan salah satu anaknya.

"Yang membuat saya merenung, cetusan anak saya yang baru kelas lima SD. Aku gamau punya umi pengecut kata anak saya. Anak saya bilang harusnya umi berjuang di tempat seperti ini, bukannya umi sembunyi," cerita Ustadzah Teti menirukan ucapan anaknya kala itu.

Setelah semua anak Ustadzah Teti dikirim ke pondok pesantren, ia mulai menyiarkan dakwahnya. "Karena orang tuanya kurang peduli, anaknya mau ngaji kata orang tuanya terserah. Akhirnya saya jemput bola, terutama anak yatim. Saya ke rumahnya, saya samperin orang tuanya, biar setuju," ujarnya.

Berkat usaha keras dan tekad bulat untuk memberikan perubahan di daerah tersebut, Allah memberikan pertolongan dengan menggerakan hati seorang warga untuk mewakafkan tanah miliknya untuk dijadikan rumah tahfidz karena sebelumnya para santri mengaji di kediamannya Ustadzah Teti.

Kini jumlah santri Rumah Tahfizh As-Salam terus bertambah hingga 200 santri, banyak yang sudah khatam 30 juz dan dikirim ke luar kota untuk mengabdi dan berkuliah, Masya Allah. (aziz/ara)