Lulus Ujian 30 Juz, Ahmad Mushlichun Bersiap Menghadapi Tantangan Selanjutnya
Setelah lulus SMA, Ahmad Mushlichun (20) memutuskan untuk menghatamkan hafalan Al-Qur’an hingga 30 Juz. Keinginannya ini merupakan kado terbaik yang ingin diberikan kepada almarhum ayahnya yang telah wafat sejak ia masih duduk di kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah dan juga sang ibunda yang hingga saat ini memilih membesarkannya seorang diri.
Setelah lulus SMA, Ahmad Mushlichun (20) memutuskan untuk menghatamkan hafalan Al-Qur’an hingga 30 Juz. Keinginannya ini merupakan kado terbaik yang ingin diberikan kepada almarhum ayahnya yang telah wafat sejak ia masih duduk di kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah dan juga sang ibunda yang hingga saat ini memilih membesarkannya seorang diri.
Pemuda asal Platungan, Kabupaten Kendal ini memantapkan untuk menghafal Al-Qur’an setelah mendapatkan nasihat dari sang Guru. “Kalau sekarang fokus ngaji dan belajar Al-Qur’an dulu, untuk nanti ke depannya mau seperti apa insyaAllah sudah disiapin." kata gurunya yang ia ingat hingga sekarang..
Nasihat itu yang kemudian menjadi pegangannya. “Penghafal Al-Qur’an itu keluarganya Allah, sebagai keluarga tentu akan mendapatkan perhatian lebih, seperti itu logikanya,” ujar pemuda yang hobi bermain bola dan membaca ini.
Lichun biasa ia dipanggil mengatakan, namun syarat yang paling penting dalam niatan menghafal Al-Qur’an itu benar-benar mengharapkan kebaikan dari Allah untuk dunia dan akhirat. Saat dinyatakan lulus ujian khatam 30 Juz, Lichun mengatakan timbul perasaan campur aduk, mulai rasa senang yang luar biasa namun sekaligus minder karena merasa belum pantas dan juga rasa takut yang menghinggapi.
Pemuda yang telah merantau dan tinggal di Rumah Tahfizh Riyadhul Jannah Semarang sejak kelas satu SMP ini menuturkan bahwa ketakutannya apakah ia mampu merealisasikan Al-Qur’an dalam sikap dan perbuatannya bukan hanya lisan.
Lichun sendiri berharap, hafalan 30 Juz-nya bisa tetap dipertahankan. Sebab setelah ini tantangan akan semakin berat untuk mempertahankan hafalan tersebut. Termasuk upaya menyebar dakwah Al-Qur'an kepada masyarakat. Karena ujian yang sebenarnya untuk mempertahankan itu setelah lulus dan saat berada kembali di tengah masyarakat.
Putra tunggal pasangan Tukadi (Alm.) dan Kustiyah ini menuturkan bahwa ia sangat bersyukur dapat bergabung di Rumah Tahfidz. Sebab langkahnya selama ini tak lepas dari dukungan keluarga, peran assatidz dan juga support dari teman-teman.
Setelah ini Lichun berencana untuk melanjutkan pendidikannya dan meraih impian lainnya yakni ingin menjadi seorang guru atau menjadi polisi. “Saya ingin membuat ibu bangga, dan ingin menjadi manusia yang lebih bermanfaat dan terus berlomba dalam kebaikan,” tuturnya.
InsyaAllah pada akhir Juni 2022 ini, bersama 329 hafidz lainnya Ahmad Mushlichun akan mengikuti prosesi Wisuda Tahfizh Nasional yang akan digelar di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an, Tanggerang. Alhamdulillah, tahun ini PPPA Daarul Qur’an kembali melahirkan generasi penghafal Al-Qur’an yang siap terjun ke masyarakat untuk membumikan Al-Qur’an. Semua ini tentunya tak terlepas dari sinergi bersama berbagai pihak termasuk donatur yang turut berjuang dalam gerakan dakwah melahirkan para penghafal Al Qur'an.
Oleh: Shinta, PPPA Daarul Qur'an Semarang