PPPA Daarul Qur'an Hadiri World Zakat Forum Ke-VII
Konferensi Internasional World Zakat Forum (WZF) ke-VII diselenggarakan di Hotel Equator, Melaka, Malaysia pada 5-7 Desember 2018. Kedatangan 300 peserta disambut hangat Chief Minister of Melaka Adly Zahari pada sesi pembukaan Rabu (5/12). Acara ini dihadiri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Bambang Brodjonegoro, Menteri Agama Malaysia Mujahid Yusof Rawa, Sekertaris Jenderal WZF Bambang Sudibyo, serta 31 pembicara dari 16 negara seperti Nigeria, Inggris, India, Saudi Arabia, Bosnia Herzegovina, Afrika Selatan, dan lainnya.
WZF ke-VII ini mengangkat tema “Penguatan Kerjasama Zakat Global Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat”. Menurut Bambang Sudibyo, tema ini diangkat bersamaan dengan kenaikan penghimpunan zakat hingga pentingnya zakat dan filantropi Islam yang potensial. Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa manfaat zakat harus signifikan dan strategis untuk meningkatkan ukhuwah, persaudaraan, kolaborasi, dan solidaritas antar negara muslim untuk mencapai tujuan bersama dalam bentuk platform gerakan zakat global yang merumuskan solusi efektif pada berbagai masalah di dunia Islam.
Permasalah dan tantangan dunia Islam yang semakin kompleks akhir-akhir ini menyebabkan adanya korban diskriminasi dan tekanan. Dari sisi internal, Bambang menyatakan bahwa masyarakat muslim sendiri minim kepedulian terhadap sesamanya. Hal ini menyebabkan fakta kemiskinan di dunia banyak ditemukan di negara-negara muslim yang diperburuk dengan dengan keterbelakangan sektor pendidikan, sains, teknologi, dan lemahnya kapasitas diri. Dari masalah inilah, ia menekankan bahwa dengan kehadiran zakat dapat menjadi modal strategis untuk melepaskan diri dari ketergantungan muslim kepada wajah baru negara-negara kolonialisasi.
Selanjutnya, Bambang memaparkan bahwa kebangkitan muslim harus dimulai dari penyelesaian masalah umat secara mandiri. Perkuatan peranan zakat dapat menjadi ujung tombak umat menghadapi desakan kapitalisme dan liberalisme. Melalui gerakan zakat global inilah, umat muslim dapat mengambil peran penting dengan mendistribusikan dan memberikan bantuan bagi mereka yang kurang mampu secara serentak.
Dalam sambutannya, Bambang mengatakan bahwa esensi utama zakat tidak hanya berbatas pada pemberantasan kemiskinan. Melainkan juga untuk pemberdayaan umat, mengurangi kesulitan sosial-ekonomi umat, mensejahterakan umat, mengangkat taraf hidup dunia Muslim, dan menghidupkan kembali kejayaan Islam di berbagai aspek global.
Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Arifin Purwakananta juga berharap bahwa WZF ini dapat mendorong dakwah zakat tersebar di seluruh penjuru dunia dan menjadi dakwah kebajikan umat karena zakat mengajarkan untuk berbagi dan mengentaskan kemiskinan. Selain itu WZF ini dapat menjadi ajang bagi gerakan zakat dunia untuk berbagi data dan penerapan manajemen zakat khususnya untuk pengembangan zakat di Indonesia.
Pada dasarnya WZF ini muncul sebagai tanggapan atas kebutuhan pengembangan gerakan zakat global. Hingga berlangsungnya konferensi WZF ke-VII ini, banyaknya anggota WZF mencerminkan tingginya minat gerakan zakat dunia pada 28 negara. Dalam jangka menengah nanti, targetnya ada 39 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bergabung dengan WZF dan mampu menggandeng UNDP, UNICEF, Islamic Development Bank (IsDB), dan BI.
Pada penutupan rangakaian acara WZF ke-VII Kamis (6/12), anggota forum internasional ini bertambah menjadi 33 negara. 11 poin resolusi yang dihadirkan pada WZF ke-VII adalah kesepakatan bersama berfokus pada beberapa bidang, yaitu kesejahteraan umat, kebijakan sosial ekonomi, manajemen zakat, penangangan pengungsi dan kebencanaan, dan sosialisasi keanggotaan WZF di negeri dengan Muslim minoritas.
Alhamdulillah, PPPA Daarul Qur’an pada agenda WZF ke-VII ini mengirimkan delegasinya untuk berpartisipasi sebagai perwujudan keaktifan keanggotaan LAZNAS sejak pertengahan 2018 lalu. Beberapa poin resolusi WZF ke-VII akan menjadi masukan dalam tata kelola zakat, infak, dan sedekah PPPA Daarul Qur’an dengan harapan segera dapat mencapai standard Sustainable Development Goals (SDGs) di wilayah program-program pendayagunaan berbasis Tahfizhul Qur’an, baik di dalam negeri maupun rancangan program Dream 5 Benua-nya. Sehingga akan lahir para Penghafal Al-Qur’an yang kuat, bermanfaat, serta berdayaguna untuk masyarakat sekitarnya. Aamiin.