Rere, Balita yang Bertahan di Tengah Banjir Selama Satu Minggu

Rere, Balita yang Bertahan di Tengah Banjir Selama Satu Minggu
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Rere tertidur pulas di bedeng penjual kopi pinggir jalan, Selasa (7/1). Raut wajah balita 14 bulan ini nampak lelah, seperti baru saja mengalami peristiwa traumatik. Pak Joko (50) sang kakek menjelaskan bahwa cucunya itu sudah satu pekan terjebak di lokasi banjir.

“Cucu saya ini baru saja dievakuasi setelah seminggu dikepung banjir,” ujarya. Sejak hari pertama banjir menerjang sejumlag wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), Rere terisolir di lantai dua tempat tinggalnya dan tak bisa mengungsi.

Kondisi tersebut tentu mengancam jiwa Rere dan keluarga yang tinggal di Kampung Duri Semanan, Jakarta Barat itu. Bertahan di lantai dua tanpa listrik dengan persediaan makanan dan minuman seadanya, tentu membuat segalanya terasa sulit.

Terlebih bagi seorang balita seperti Rere yang daya tahan tubuhnya tak sekuat orang dewasa. Tentu kondisinya sangat memprihatinkan. Penantian Rere dan keluarganya untuk menyelamatkan diri di tempat aman akhirnya membuahkan hasil.

Di hari ketujuh, Rere dan keluarga berhasil dievakuasi di tempat aman. Namun, perjuangan tak cukup sampai di sana. Kampung yang masih terendam banjir, rumah dan harta benda yang tak terselamatkan, membuat Rere dan keluarganya memutuskan bertahan hidup di bedeng pinggir jalan yang digunakan kakek-neneknya untuk berjualan kopi sehari-hari.

Meski masih dilanda bencana banjir, tentu roda ekonomi keluarga harus tetap berputar. Kakek dan nenek Rere berjualan kopi sambil merawat Rere di bedeng itu. “Harta benda kami semua tidak terselamatkan, hanya menyisakan tempat jualan kopi ini yang bisa kami jadikan bertahan hidup sementara waktu,” tutur Joko mencoba tabah.

Tinggal di bedeng tanpa dinding dengan alas tanah tentu membuat perjuangan semakin berat. Belum hilang rasa dingin akibat banjir, semilir angin yang berhembus membuat tubuh semakin terasa dingin. Apalagi dengan pakaian seadanya, semakin menambah pilu keadaan.

Merespon kondisi tersebut, tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an berikhtiar meringankan beban Rere beserta keluarganya. Kebutuhan Rere yang masih balita tentu mendesak dan harus segera terpenuhi.

“Alhamdulillah tim SIGAB bisa menyalurkan kebutuhan Rere dan keluarganya. Mohon doa agar air yang merendam kampung Duri Semanan cepat surut mereka bisa kembali ke kampungnya menata hidup dengan layak,” ujar Koordinator SIGAB PPPA Daarul Qur’an Sunaryo. (maman/ara)