Selamat Jalan Ayah Abduh

Selamat Jalan Ayah Abduh
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Innalillahi wa innailaihi raajiun, duka tengah menyelimuti keluarga besar Daarul Qur'an yang baru saja kehilangan Muhammad Abduh Mahfud Mimbar. Ia merupakan Ayahanda dari gurunda KH Yusuf Mansur. Begitu banyak pelajaran, inspirasi, dan motivasi yang telah diberikan oleh Ayah Abduh, sapaan akrabnya.

Hal itu diungkapkan UYM, sapaan akrab Ustadz Yusuf Mansur, dalam sambutannya saat akan menyalatkan jenazah sang ayah di hadapan para santri, para tokoh, dan ulama yang hadir di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Ketapang, Tangerang, Banten, Kamis (13/2). Kyai Yusuf sempat terisak saat mengingat dan menceritakan kenangan bersama ayah tercintanya itu.

Menurutnya, mendiang sang ayah dan ibunya yang membuatnya bisa mendirikan pesantren tahfidz. Dari kedua orang tuanya itu ia belajar bahwa salah satu cara mendapat keridhoan Allah adalah dengan menjadi seorang penghafal Qur’an.

“Karena para penghafal Al-Qur’an akan memakaikan mahkota kemuliaan kepada orang tuanya kelak di surga. Maka untuk santri-santri ayah, teruslah istikamah menghafal. Karena yang disebut hafidz bukan hanya selesai menghafal kemudian dapat ijazah selesai. Tapi bagaimana kita bisa menjaga hafalan itu sampai akhir hayat,” ujarnya.

UYM pun kembali menceritakan sosok sang ayah seusai memakamkannya di sebelah makam almarhumah ibunya di lingkungan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Tangerang. Menurutnya, Ayah Abduh merupakan ayah yang penyayang. Kenangan yang paling ia ingat adalah ketika ayahnya selalu membelikan mainan, baju baru, dan mengajaknya jalan-jalan.

Selain penyayang, UYM menilai sang ayah adalah orang yang humoris dan penyabar. Dari didikan sang ayah pula ia bisa menjadi seorang qari dan ustadz. Begitu pula dengan kemampuannya dalam berbisnis diturunkan dari sang ayah yang ulet dalam bekerja.

"Saya bisa jadi qari itu sebab dia (ayah). Dulu beliau qari di istana zaman Presiden Soekarno. Kalau ada apa-apa, Soekarno panggil beliau untuk baca Quran. Terus bisnis nurun ke saya. Waktu mudanya dia suka bisnis kayu, parket. Tahun 1992 saya pernah diajak beliau nyari karpet, karpet bekas buat dicuci," tuturnya.

Selamat jalan Ayah Abduh, terima kasih atas semua pelajaran yang telah engkau berikan kepada kami khususnya di jalan dakwah bersama Daarul Qur'an. Semoga Allah SWT mengampuni segala kekhilafan, melapangkan kuburmu, dan menjadikan setiap kebaikan sebagai amal ibadahmu yang menjadi pemberat di yaumil hisab. Aamiin, Allahuma Aamiin. (ara/mnx)